Produksi Tembakau Tahun 2025 di Kabupaten Malang Meningkat, Total Hasil Capai 10.000 Ton

Produksi Tembakau Tahun 2025 di Kabupaten Malang Meningkat, Total Hasil Capai 10.000 Ton
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Malang, Avicenna M. Saniputera di tengah ladang tembakau. (Seru.co.id/wul)

Malang, SERU.co.id – Hasil produksi tembakau di tahun 2025 semakin meningkat dibanding 2024 lalu, mengingat luasan tanah yang ditanami tumbuhan untuk bahan baku rokok tersebut juga bertambah. Dimana pada tahun 2024 luas lahan mencapai 862 hektar dapat menghasilkan 7.700 ton tembakau, sedangkan di tahun 2025 lahan bertambah menjadi 900 hektar tembakau yang dihasilkan mencapai 10 ribu ton.

Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Malang, Avicenna M. Saniputera menerangkan, produksi tumbuhan tembakau di Kabupaten Malang ini setiap tahunnya mengalami peningkatan. Di tahun ini, peningkatan luasan lahan dan hasil produksi juga sangat menggembirakan.

Bacaan Lainnya

“Sehingga kita harapkan nanti ini menunjukkan bahwa perkembangan kecintaan petani untuk membudidayakan tembakau dari tahun ke tahun semakin meningkat,” seru Avicenna, beberapa waktu lalu.

Avicenna menerangkan, dari hasil pendataan yang telah pihaknya lakukan di tahun 2024 lalu terdapat 25 kecamatan yang menanam komoditas ini dengan 201 kelompok tani dan 1.255 petani yang menanam tembakau.

“2025 ini hampir merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Malang. Yakni sebanyak 31 kecamatan yang telah berbudidaya tembakau,” jelasnya.

Ia mengatakan, terdapat tiga jenis tembakau yang ditanam di Kabupaten Malang yakni jenis Jawa (Rejeb), yang ditanam diatas lahan seluas 382 hektar. Kemudian jenis tembakau Kasturi seluas 355 hektar dan tembakau Virginia seluas 125 hektar.

Avicenna menjelaskan, para petani ini menanam tembakau tidak sepanjang tahun sehingga tidak mengganggu produksi komoditi lainnya. Tanaman tembakau akan ditanam dimusim kemarau, sehingga lahan yang biasanya akan kering di musim tersebut akan dimanfaatkan untuk produksi tembakau.

“Saat cuaca tidak tidak kondusif untuk tanaman pangan, tentunya petani mencari komoditas lain yang lebih menguntungkan. Seperti pada saat air berkurang (kering) mereka memilih tembakau,” tutur Avicenna. (wul/mzm)

disclaimer

Pos terkait