“Kesulitannya karena saya ibu-ibu yang masih gaptek (gagap teknologi), jadi pemasaran memang saya agak kesulitan. Apa lagi online ya, kalau online lebih susah dari pada offline. Kataku offline ketemu orang ditawarkan, kalau online yang butuh ilmunya saya,” tutur Ika.
Dalam kemasan yang cantik, dengan berat bersih 100 gram, browniesnya dibandrol dengan harga Rp15 ribu. Dari hasil usahanya itu dalam satu bulan, ibu rumah tangga tersebut dapat meraup untung Rp2-3 juta.
Untuk saat ini produknya masih memiliki dua varian toping saja, yakni toping almond dan cokocip saja. Dia berharap kedepannya ada pelatihan-pelatihan lagi, untuk menambah ilmunya agar tercetus kembali varian anyar untuk brownies kering miliknya. (ws6/ono)
Baca juga:
- WNA Asal China Penabrak Mahasiswi hingga Meninggal di Semarang Belum Ditahan Polisi
- ‘NGALAMALANG: Sound of Humanity’ Galang Solidaritas Kemanusiaan untuk Sumatera
- Gelaran Kepandjen Djaman Mbiyen Dongkrak UMKM dan Kenalkan Tradisi Asli Kabupaten Malang
- FoRDESI Desak Evaluasi Menteri Terkait Tragedi Bencana Sumatera–Aceh, Ada Salah Kelola Hutan
- UB Peringkat 1 Nasional pada Dua Indikator QS Sustainability 2026, Peringkat Global Ikut Meroket








