Kisah Pembuat Gapura Garuda Peraih 10 Terbaik Nasional
Batu, SERU – Banyak daerah berharap mendapat penghargaan yang prestisius, salah satunya penghargaan dari Presiden. Namun, sangat berbeda dengan Kota Batu, peraih penghargaan yang mengharumkan kota malah terlupakan. Seperti apakah ? …
Menyambut hari kemerdekaan ke 74 tahun Republik Indonesia, warga Desa Sidomulyo, Kecamatan Bumiaji Kota Batu yang masuk menjadi 10 terbaik gapura dalam Festival Gapura Cinta Negeri 2019 yang digagas oleh Kementerian. Hasilnya mendapat penghargaan langsung dari Presiden RI Joko Widodo.
Namun disayangkan apa yang sudah diraih oleh warga Sidomulyo tersebut kurang mendapat perhatian dari Pemerintah Kota Batu. Padahal mereka sempat mendapatkan penghargaan dan mengharumkan nama Kota Batu dalam kancah nasional.
Malahan pada saat mengikuti festival itu juga tidak membebani biaya dari Pemerintah Kota. Mulai dari pembuatan gapura, peraih suara melalui instagram, hingga berangkat ke Jakarta dan pulang, kurang mendapat perhatian.
Terbukti ketika pada malam resepsi HUT Ke 18 Kota Batu Kamis (19/10/2019) malam kemarin, luput dari perhatian Pemerintah Kota Batu. Mereka tidak mendapat undangan termasuk terlupakan dari perhatian.
Saat Harian pagi Memo X menghubungi Ketua Tim Kreatif Festival Gapura Cinta Negeri 2019, Roni Sintiu membenarkan hal itu. Pihaknya bersama tim dari Desa Sidomulyo tidak mendapatkan undangan dalam gelaran acara HUT ke 18 tahun Kota Batu tersebut.
” Ya gak diundang mas. Lha kok sekarang, dulu ketika kami mendapatkan penghargaan di Istana Negara yang diserahkan oleh Presiden RI Joko Widodo, tidak satupun pihak instansi terkait yang hadir maupun mendampinginya,” keluh Roni, Minggu (20/10/2019).
Ia mengaku bekerja secara mandiri bersama warga mulai pembangunan awal gapura 4 dimensi hingga meraih penghargaan dengan bergotong royong dan urunan. Waktu menerima penghargaan pun tidak ada perwakilan dari Pemkot Batu.
“Tidak ada biaya sama sekali dari pemkot, kami seluruh tim Desa Sidomulyo urunan dengan biaya sendiri. Bahkan ketika mau berangkat ke Jakarta kami urunan. Itu yang membuat kami sedih. Keinginan kami sepele membanggakan desa dan Kota Batu tapi tidak pernah ada perhatian,” papar dia.
Menanggapi hal ini anggota DPRD Kota Batu dari Partai PDI-P Kota Batu Khamim Tohari mengaku sangat menyesal. Harapan dirinya saat acara penting HUT, setidaknya pemerintah memberikan sebuah penghargaan kepada warga asli pribumi yang sudah berjuang maksimal tenaga, pikiran dan biayanya untuk mengharumkan Kota Batu di kancah nasional.
“Ini acara sakral, harusnya hasil karya putra daerah bisa dihargai saat itu. Mengapa, tidak diundang sebagai ungkapan rasa terima kasih pada mereka,” keluh Khamim.
“Sampai-sampai Pak Presiden Jokowi sendiri yang memberi penghargaan, dan di Jawa Timur hanya Kota Batu satu-satunya kota yang mendapat penghargaan. Kok mereka dilupakan,” sambungnya.
Dirinya sempat menyoroti buruknya kinerja panitia penyelenggara acara puncak resepsi HUT ke 18 tahun Kota Batu tersebut. Tidak profesional, amburadul dan asal-asalan. “Jujur saja saya sangat menyesal. Secara tidak langsung sama saja melukai perasaan putera daerah sendiri. Mereka kurang dihargai,” tutupnya. (lih/jun)