Pasuruan, SERU.co.id – Sektor pariwisata Jawa Timur (Jatim) menghadapi tantangan serius. Meskipun destinasi alam ikonik seperti Bromo-Tengger-Semeru, Tumpak Sewu, dan Ijen menjadi magnet kuat bagi wisatawan Asia, Jatim saat ini mengalami krisis pemandu wisata yang fasih berbahasa Mandarin.
Menurut data dari Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) DPD Jatim, jumlah pemandu wisata bersertifikat yang menguasai bahasa Mandarin di seluruh Jawa Timur sangat minim. Ketua DPD HPI Jatim, Sujay Asmed, mengungkapkan kondisi yang mengkhawatirkan tersebut.
“Saat ini, kami hanya memiliki sekitar lima guide yang fasih berbahasa Mandarin di seluruh Jawa Timur. Jumlah ini sangat tidak ideal untuk melayani tingginya animo kunjungan wisatawan Asia seperti Tiongkok,” seru Sujay Asmed.
Sujay menjelaskan, wisatawan asal Asia telah menempatkan beberapa destinasi di Jatim sebagai favorit utama mereka. Tempat-tempat seperti Gunung Bromo, Air Terjun Tumpak Sewu, dan Kawah Ijen merupakan magnet utama yang dikunjungi dalam paket perjalanan mereka. Kekurangan pemandu berbahasa Mandarin ini dikhawatirkan dapat berdampak buruk pada kualitas layanan dan pengalaman wisatawan Tiongkok.
“Keterbatasan komunikasi yang efektif ini bisa berisiko mengurangi kepuasan pengunjung, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keputusan mereka untuk kembali atau merekomendasikan Jatim sebagai destinasi wisata,” ungkapnya.
Sujay menambahkan, DPD HPI Jatim mendesak adanya langkah cepat dari berbagai pihak, baik pemerintah provinsi maupun asosiasi terkait, untuk segera mengatasi krisis SDM ini. Hal-hal yang dapat dilakukan termasuk program pelatihan intensif bahasa Mandarin khusus untuk pemandu wisata dan kolaborasi dengan lembaga pendidikan untuk mencetak lebih banyak tenaga ahli di bidang ini. Ia juga mengajak untuk warga masyarakat yang mahir berbahasa Mandarin untuk bisa bergabung menjadi anggota HPI.
”Jika kita tidak segera menambah jumlah pemandu Mandarin, potensi kunjungan wisatawan asing yang tinggi, khususnya dari Tiongkok, dikhawatirkan tidak dapat terlayani secara optimal dan malah beralih ke destinasi lain,” tutup Sujay Asmed. (dik/mzm)








