Malang, SERU.co id – Puluhan rumah di Desa Sumbersekar, Kecamatan Dau Kabupaten Malang, rusak akibat diterjang angin puting beliung. Peristiwa yang terjadi, Minggu (2/10/2025) kemarin, melumpuhkan aktivitas warga sehari-hari.
Kepala Urusan Tata Usaha Desa Sumbersekar, Amin Anjilin mengungkapkan, pendataan masih terus dilakukan. Hingga Senin (3/11/2025). siang, tercatat 80 rumah mengalami kerusakan dengan intensitas ringan hingga berat.
“Berdasarkan data sementara, yang rusak berat ada 9 rumah, sedang 14 rumah, dan rusak ringan 57 rumah. Data masih terus diverifikasi dan bisa saja bertambah,” seru Amin, saat ditemui di Posko Bencana Desa Sumbersekar, Senin (3/11/2025).
Bencana angin puting beliung itu melanda dua dusun, yakni Dusun Semanding dan Dusun Krajan. Amin mengatakan, angin mulai berembus kencang dari arah Pondok Pesantren Arrohmah Putri dan berputar ke kawasan permukiman.
“Akibat kerusakan, banyak warga yang tidak bisa beraktivitas seperti biasa, karena harus melakukan pembersihan dan perbaikan sementara. Beberapa keluarga juga harus mengungsi akibat rumahnya rusak,” ungkapnya.
Amin mencontohkan, kerusakan yang terjadi mulai dari hilangnya penutup garasi hingga rusaknya atap rumah. Ia merasa tak tega melihat warga terdampak bencana dan berharap pemerintah segera memberikan bantuan.
“BPBD Kabupaten Malang sudah memberikan bantuan darurat berupa terpal untuk menutup atap rumah yang hilang. Kami juga menunggu bantuan material seperti seng atau genteng dari pemerintah daerah,” bebernya.
Pemerintah Desa Sumbersekar bersama BPBD Kabupaten Malang telah mendirikan posko darurat dengan masa tanggap bencana selama tujuh hari. Namun, masa tanggap tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
“Saat ini warga masih membutuhkan banyak material, terutama asbes dan spandek. Sedangkan terpal kan sifatnya sementara. Kalau ada bantuan dari instansi atau pihak mana pun, kami sangat terbuka menerimanya,” ujarnya.
Ia juga mengungkapkan, kejadian kali ini merupakan yang terparah dibandingkan angin kencang yang pernah terjadi sebelumnya. Hal itu masih menyisakan kekhawatiran warga untuk kembali beraktivitas seperti biasa dan trauma bagi keluarga yang paling terdampak.
“Namanya fenomena alam kita tidak tahu. Tapi langkah antisipasi tetap harus ada melihat pengalaman kemarin,” tegasnya.
Senada, salah satu warga terdampak, Syntia Puspita Sari mengatakan, ia merasa trauma atas peristiwa yang dialaminya. Sebagian rumahnya rusak akibat angin puting beliung.
“Saya merasa takut, karena kejadian terjadi begitu cepat di siang hari. Saat itu, langit terlihat gelap dan tiba-tiba ada suara gemuruh mirip suara helikopter lewat,” terangnya.
Syntia mengatakan, warga baru berani keluar dan mulai melakukan pembersihan setelah cuaca membaik. Namun, kekhawatiran masih tetap ada, mengingat sebelumnya tak pernah mengalami hal tersebut.
“Saya sampai malam tidak bisa tidur, khawatir ada angin susulan. Rumah saya yang setiap hari ramai jadi tempat les bahasa Inggris, sekarang saya liburkan sementara,” pungkasnya. (bas/rhd)








