Malang, SERU.co.id – Danantara Indonesia merupakan bagian misi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, sebagai mesin baru optimalkan aset produktif tingkatkan pertumbuhan ekonomi 8 persen. Ketidakyakinan masyarakat terhadap Danantara Indonesia merupakan hal wajar, lantaran baru dibentuk 24 Februari 2025 dan belum banyak yang tahu secara keseluruhan.
Wakil Ketua Dewan Pengawas Danantara Indonesia, Prof Dr Muliaman Darmansyah Hadad PhD mengatakan, Danantara Indonesia masuk dalam salah satu dari 17 program prioritas. Dan 8 program hasil terbaik cepat, serta dalam Rencana Pembangunan Nasional berdasarkan RPJPN 2025-20245.
“Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) adalah badan pengelola investasi strategis. Tugasnya mengonsolidasikan dan mengoptimalkan investasi pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional,” seru Prof Muliawan, dalam Stadium Generale di Basement UMM Dome, Kamis (23/10/2025).
Dalam kuliah umum bertajuk ‘Peran Danantara dalam Meningkatkan Kualitas Ekonomi Indonesia: Membangun Generasi Emas, Berdaya & Mandiri.’ Disebutkannya, tugas Danantara Indonesia untuk mererfomasi BUMN dalam jangka panjang, sehingga mampu memberikan kontribusi maksimal dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen.
“Target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen itu tidak mudah, dan harus dilakukan secara bertahap. Dan bukan lagi bergantung pada APBN yang hanya mampu tumbuh 5 persen, jadi Danantara Indonesia semacam mesin ekonomi kedua. Dimana bisa menggerakkan produktivitas, mengonsolidasikan aset negara, dan menyalurkannya ke investasi jangka panjang agar memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” terangnya.
Danantara merupakan regulator antara peran swasta dan konsolidasi BUMN untuk lebih optimal dan produktif dalam menghasilkan revenue dan deviden sebagai penggerak ekonomi. Dimana BUMN sebenarnya aset negara yang dipisah-pisahkan, namun kini dikolaborasikan agar sama-sama memberikan kontribusi maksimal.
“Indonesia punya Garuda Indonesia, Pertamina, dan lainnya, namun kenapa kalah dengan Singapura Airlines, Petronas Malaysia. Maka kita perbaiki BUMN melalui Danantara dapat mampu melakukan perbaikan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Harapannya, Danantara Indonesia mampu menjadi perusahaan investasi global, seperti Temasek milik Singapura maupun Khazanah milik Malaysia,” ucap mantan Duta Besar Indonesia untuk Swiss ini.
Peran Danantara Indonesia seperti Sovereign Wealth Fund, artinya sebagai pengelola dana investasi/kekayaan negara/aset dan dividen dari BUMN secara lebih produktif. Kekayaan negara tersebut berasal dari surplus anggaran, pendapatan ekspor komoditas seperti minyak atau cadangan devisa.
“Tujuan utamanya adalah untuk menjaga stabilitas ekonomi jangka panjang, mendiversifikasi aset negara, dan menjamin kesejahteraan generasi mendatang. Indonesia memiliki SWF yang disebut Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA),” bebernya.
Danantara memiliki peran penting dalam mentransformasi aset-aset BUMN yang nilainya jika dikonsolidasikan mencapai sekitar satu triliun dolar AS. Lembaga ini juga mengadopsi prinsip-prinsip tata kelola global (Santiago Principles) untuk menjamin transparansi dan akuntabilitas dalam setiap kebijakan investasinya.
“BUMN adalah aset negara yang harus produktif. Tugas Danantara adalah memastikan aset-aset itu tidak lagi menjadi beban, tetapi justru menjadi kekuatan baru untuk membangun ekonomi nasional yang berdaya dan mandiri,” tandasnya.
Danantara Indonesia menempatkan investasi pada delapan sektor prioritas, antara lain energi terbarukan, mineral dan pertambangan, infrastruktur digital, jasa keuangan, kesehatan, pangan, serta kawasan industri dan properti. Arah kebijakan tersebut diharapkan dapat memperkuat kemandirian ekonomi, sekaligus mempercepat transformasi menuju Indonesia Emas 2045.
“Sumber kekuatan kita bukan minyak atau gas, melainkan kreativitas dan produktivitas bangsa sendiri. Karena itu Danantara berfokus domestik, namun tetap membuka ruang bagi investor global untuk berkolaborasi,” jelasnya.
Sementara itu, Rektor UMM Prof Dr Nazaruddin Malik MSi mengharapkan, Danantara Indonesia mampu mengkapitalisasi aset-aset BUMN menjadi aset produktif. Terkait dengan penggunaan aset dalam peningkatan pendidikan, harapannya output SDM yang dihasilkan lebih berkualitas.
“Logika sederhananya, ketika menggunakan APBN pertumbuhan ekonomi hanya sampai 5 persen, ketika menggunakan Danantara maka bisa 8 persen. Demikian pula ketika aset produktif itu digunakan untuk sektor pendidikan, maka percepatan SDM, hard skill, soft skill hingga daya saingnya bisa tingkat global,” terang Prof Nazar, sapaan akrabnya.
Disebutkannya, UMM merupakan salah satu role model untuk meningkatkan sumber pendanaan dalam bidang pendidikan. Sehingga, UMM berkomitmen menjadi bagian dari ekosistem pembangunan ekonomi bangsa, khususnya anak bangsa sebagai generasi penerus.
“Saya berharap, Danantara mampu mentransformasikan hasil kapitalisasi menjadi sumber dana produktif yang dapat menyerap tenaga kerja, salah satunya lulusan mahasiswa. Sekaligus sebagai funding seperti beasiswa, yang nantinya mampu memenuhi kebutuhan SDM lembaga produktif baru di bawah Danantara,” tegasnya. (rhd)