BATU, SERU.co.id – Isu usaha buah apel di Kota Batu berada di “ujung tanduk” ternyata bukan hanya sekedar kabar burung saja. Produksi apel Batu terutama pada varietas seperti Rome Beauty dan Manalagi terus merosot tajam hingga memaksa para petani lokal “pensiunkan” kebun apelnya.
Hal ini diakui salah seorang petani asal Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji Kota Batu yang memilih beralih menanam komoditas lain. Demi bertahan hidup, ia kini menggantikan kebun apelnya menjadi tanaman jeruk dan sayur-sayuran. Alasannya karena berulang kali harus “gigit jari” dengan hasil panen yang tidak seimbang dengan biaya.
”Apelnya nggak ada, sudah mulai punah karena usia pohon apelnya sudah tua,” seru seorang petani yang enggan disebutkan namanya.
Petani lainnya, asal desa yang sama, dikonfirmasi SERU.co.id mengungkap tiga alasan utama penyebab krisis apel. Mulai dari kerusakan ekologis dan perubahan iklim serta biaya produksi yang melambung.
Selain itu, apel lokal juga sering kalah bersaing dengan apel impor yang tampilannya lebih mulus dan menarik.
”Tanaman yang perawatannya lebih mudah dan modalnya lebih kecil, seperti jeruk, stroberi, atau berbagai jenis sayuran. Sepertinya banyak yang lari kesana,” tuturnya.
Untuk mengatasi kondisi yang genting ini, upaya penyelamatan terus dilakukan oleh pemerintah daerah setempat. Kepala Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan KP) Kota Batu Heru Yulianto SP MM menyebutkan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya diantaranya peremajaan pohon dengan memberikan bantuan bibit unggul dan rehabilitasi lahan. Distan KP Batu telah memberikan bantuan sarana produksi (Saprodi) pertanian serta mendorong pengembangan pertanian organik.
“Kami sudah berikan beberapa Nutrisi antara lain Curacron, Amistratrop, Cabriotop, Mikoriza, Prevaton, NPK, POP (Pupuk Organik Padat) dan POC (Pupuk Organik Cair),” terangnya.
Heru menambahkan, untuk konsen pada permasalahan Apel ini, pihaknya juga sampai menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk penyelamatan dan pengembalian popularitas apel Batu. Peneliti BRIN membantu petani apel dengan menerapkan konsep pertanian presisi untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen.
“BRIN dan Pemkot Batu juga berupaya mengembangkan varietas apel baru yang lebih cocok dengan struktur tanah dan kondisi iklim lokal untuk meningkatkan hasil,” imbuhnya.
Ia juga berharap, petani apel juga tidak mudah putus asa untuk mempertahankan kebun apel miliknya. Sebab bilamana itu terus terjadi, maka identitas Kota Batu sebagai Kota Apel akan meredup.
“Tugas ini sebenarnya bukan hanya menjadi beban Distan KP Kota Batu. Butuh Sinergi antar OPD untuk mengawal identitas pertanian Kota Batu sebagai Kota pertanian,”pungkasnya. (dik/ono)