Menurut mantan Wakil Gubernur Jawa Barat ini, film merupakan refleksi dari kehidupan nyata masyarakat yang terjadi sehari-hari. Tentunya, harus jeli memilih angle cerita, meski dari sudut sempit namun bisa jadi itulah permasalahan besar dalam realita kehidupan masyarakat.
“Contoh video klip adzan yang saya buat ini, simple namun dalam. Hanya sekian menit, namun penuh makna bagaimana orang-orang jalanan ingin bertobat, dan kembali menyembah Allah,” cerita Dewan Pakar LSB PP Muhammadiyah itu.
Deddy menganggap, film itu ibarat sihir. Bisa membuat penontonnya menangis, tertawa maupun marah hanya lewat gambar dan video. Maka, penetrasi film tentu sangat mempengaruhi penontonnya.
“Karena itu tanggungjawab ini memang harus diemban oleh berbagai elemen masyarakat. Bukan hanya terbatas di TV atau film, tapi juga tontonan yang ada di media sosial secara luas,” tegasnya.
Untuk itu, dirinya mendorong umat Islam mengambil peran dengan berdakwah melalui seni dan budaya. Pasalnya, industri film adalah dunia bisnis yang cukup diperhitungkan. Siapapun bisa mengusung membuat film bertema religius jika itu menguntungkan.
“Beberapa sutradara non muslim pun memanfaatkan kesempatan itu, meski nantinya isinya benar atau salah. Yang penting siapa pemainnya, bagaimana alur cerita cukup menarik, dan tinggi peminatnya,” tandasnya.
