Kota Malang, SERU – Berkat Minyak Atsiri, Prof Dr Drs Warsito, MS, dikukuhkan Universitas Brawijaya (UB) sebagai Profesor dalam Bidang Ilmu Kimia Organik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Sekaligus mencatatkan diri sebagai Profesor ke-21 di FMIPA, dan Profesor ke-255 di UB, di Gedung Widyaloka UB, Rabu (4/12/2019).
Dalam pidato pengukuhannya, Prof Dr. Drs. Warsito, MS mengangkat judul: Potensi Minyak Atsiri sebagai Bahan Baku Obat dan Sintesis Obat untuk Mendukung Program Kemandirian Obat Nasional.

Meningkatnya jumlah penderita penyakit degeneratif menuntut pemerintah untuk menyediakan obat secara memadai, kualitas dan kuantitasnya. Sayangnya, kebutuhan ini belum bisa sepenuhnya diakomodir oleh pemerintah.
“Ada banyak hal, seperti belum mampunya industri kimia untuk menyediakan bahan baku obat, pemanfaatan sumber daya alam yang terbatas, serta belum mendukungnya teknologi sintesis dan pemurnian obat,” ungkap Prof Warsito, menjelaskan latar belakang penelitiannya.
Menurutnya, minyak atsiri sebagai zat alami yang diekstrak dari tanaman aromatik memiliki efek biologis, seperti aktivitas anti-oksidan dan anti-inflamasi. Dan sebenarnya minyak ini telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional.
“Minyak atsiri juga mampu meningkatan keseimbangan lipid, fungsi hati, fungsi endotel (penurunan : tekanan darah, stres oksidatif, trombosis), meningkatkan relaksasi vaskular dan menghambat perkembangan diabetes,” ungkap Wakil Direktur Institut Atsiri Universitas Brawijaya ini.
Selain itu, lanjut Warsito, minyak atsiri juga mengandung senyawa mayor dengan struktur kimia unik, yaitu memiliki lebih dari satu pusat reaksi (gugus fungsional) yang dapat direkayasa menjadi berbagai senyawa turunannya yang berkhasiat obat.
Komponen mayor minyak atsiri memiliki potensi besar sebagai bahan dasar obat. Di antaranya, metil salisilat (dari minyak gandapura) sebagai bahan dasar sintesis obat anti inflamasi dan analgesik; Eugenol (dari minyak cengkeh) untuk bahan dasar sintesis obat anti lesmanial; Sitronelal (dari minyak sereh/minyak jeruk purut) sebagai bahan dasar obat anti virus, anti depresan, anti bakteri dan anti oksidan; Limonen (dari minyak kulit jeruk manis) untuk bahan dasar sintesis obat anti kanker dan anti tumor.

Minyak atsiri merupakan salah satu jenis metabolit sekunder yang secara konvesional dapat diperoleh dengan cara hidrodistilasi atau distilasi uap, atau disebut dengan essential oil. Minyak ini banyak ditemukan pada produk sehari-hari, seperti pasta gigi, sabun mandi, sabun cuci, pembersih lantai, pengharum baju, bumbu masakan hingga es krim.
“Minyak ini juga digunakan sebagai obat tradisional dan berkhasiat seperti antiseptik, anti mikroba, anti inflamasi hingga antipiretik. Dan saat kami sedang menjalin penjajakan untuk dipasarkan oleh Martha Tilaar,” beber Warsito.
Keanekaragaman ekosistem Indonesia menghasilkan beragam jenis dan genetik sumber daya hayati, sehingga Indonesia dikenal sebagai biodiversitas minyak atsiri dunia, baik dari rempah, mikroganggang, ganggang, herbal, tanaman budidaya, tanaman berkayu dan non kayu.
“Untuk meningkatkan nilai tambah minyak atsiri berkualitas tinggi, perlu diperluas pemanfaatannya baik sebagai bahan baku maupun komponen tunggal bahan sintesis obat baru berbasis komponen mayor minyak atsiri dengan proses modern yang efektif dan efisien,” jelasnya, sembari menambahkan, percobaan dilakukan di lahan 9 hektar hingga bertambah menjadi 69 hektar lahan. (rhd)