Malang, SERU.co.id – Polinema menggelar orasi ilmiah Dies Natalis ke-38 Polinema bertemakan “Memperkuat Kolaborasi Pendidikan Vokasi – Dunia Industri Menghadapi Tantangan Revolusi Industri 4.0“, yang diselenggarakan daring dan disiarkan langsung melalui streaming Youtube Channel Politeknik Negeri Malang, Rabu (4/11/2020).
Usai dibuka oleh Ketua Senat Polinema, Dr Ir Tundung Subali Patma, MT, dilanjutkan sambutan Direktur Politeknik Negeri Malang, Drs Awan Setiawan, MMT, MM, yang menyampaikan terkait dunia pendidikan bersinergi dengan industri dalam menghadapi tantangan dan peluang di era Revolusi Industri 4.0.
“Dalam menghadapi pasar kerja yang dinamis, kolaborasi merupakan kunci untuk menyiapkan sistem vokasi yang adaptif terhadap perkembangan kebutuhan pasar kerja,” ucap Direktur Polinema.
Disebutkannya, Polinema telah melakukan sosialisasi program merdeka belajar, menyiapkan peraturan, memetakan kurikulum dan merancang infrastruktur, seperti yang tertuang dalam program tersebut.
“Sejak pendiriannya, Polinema telah mengalami transformasi yang pesat. Diawali sebagai Perguruan Tinggi Negeri Satuan Kerja, saat ini sebagai Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum (BLU) dan Polinema sedang menuju Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH),” lanjut Awan, sapaan akrabnya.
Polinema memiliki 7 jurusan dengan 29 program studi jenjang D-III, D-IV dan Magister Terapan. Sebanyak 6 prodi terakreditasi A dan 20 program studi telah terakreditasi internasional ASIC. Polinema juga memiliki prodi di kampus PSDKU Kediri.
Jumlah peminat dalam penerimaan mahasiswa baru, Polinema merupakan politeknik dengan peminat tertinggi di antara politeknik yang ada di Indonesia yaitu 66.000 peminat.
Orasi ilmiah ini menghadirkan tiga narasumber, yaitu Irawan Santoso (Presiden Direktur PT. Omron Manufacturing Indonesia), Dr. Sudarmadji, MT (Dosen Teknik Mesin Polinema), dan Hilda Cahyani, PhD (Dosen Bahasa Inggris Polinema).
Dr. Sudarmadji, MT dalam presentasinya menyampaikan pemanfaatan teknologi nano pada bidang teknik mesin.
“Kemajuan teknologi saat ini sangat pesat, bisa diprediksi bagaimana trend perubahan teknologi masa depan. Diperkirakan tahun 2030, tidak ada lagi mobil pembakaran dalam (bahan bakar fosil), namun menggunakan mobil listrik,” ungkap Dosen Polinema pertama penulis buku internasional terbitan IntechOpen.
Peradaban masa depan ditandai dengan teknologi nano, yaitu teknologi dengan ukuran seper milyar meter (0,000000001 m). Hukum mekanika klasik sudah tidak berlaku, beralih ke mekanika kuantum, teknologi yang memanipulasi partikel ukuran atom bahkan sub atom.
“Banyak manfaat dari rekayasa teknologi nano. Di antaranya partikel yang berukuran nano (nanopartikel), digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan kinerja sistem pendinginan kendaraan,” beber pria kelahiran Malang, 5 Juli 1958 ini.
Teknologi nano saat ini masih belum berkembang di Indonesia. Mahasiswa dan masyarakat masih awam dengan teknologi ini. Untuk itu, Sudarmadji terus mengenalkan teknologi nano sejak dini kepada generasi muda, khususnya mahasiswa Polinema.
Presiden Direktur PT. Omron Manufacturing Indonesia, Irawan Santoso, menyampaikan presentasi tentang Transformasi Industri dan Institusi Pendidikan dalam menghadapi industri 4.0. Menurutnya, Industri 4.0 berperan penting dalam proses transformasi perusahaan dari labor intensive ke capital intensive. Untuk mewujudkan hal tersebut, kita harus bersikap adaptif terhadap perubahan teknologi.
“Lulusan vokasi harus dibekali dengan hard skill (design, augmented reality, artificial intelligent, remote management dan visualisai data), serta soft kill (adaptif dan keinginan kuat untuk belajar hal-hal baru, kompetisi teknologi dan riset),” ucap Irawan Santoso.
Sementara itu, Hilda Cahyani, SS, MPd, PhD, mempresentasikan materi tentang Milenial, Kampus Merdeka, dan Society 5.0. Tantangan terbesar pendidik dan perguruan tinggi adalah mempersiapkan para Milenial menjadi generasi handal dan berkarakter. Sehingga mereka tidak hanya bertahan di era Revolusi Industri 4.0, tetapi juga berkiprah dalam Society 5.0.
“Generasi Milenial adalah generasi yang lebih sensitif dan self-obsessed. Mereka memerlukan perhatian agar termotivasi dan memiliki ketahanan hidup yang tangguh. Hal ini juga berkaitan dengan besarnya pengaruh media digital, persaingan yang tinggi dan tantangan hidup yang lebih berat,” jelas Hilda, sapaan akrab Kepala Kantor Urusan Internasional Polinema ini.
Lebih lanjut Hilda menjelaskan, kebijakan kampus merdeka memberikan kebebasan atau hak belajar kepada mahasiswa selama tiga semester, untuk belajar di luar program studinya.
“Kebijakan Mendikbud ini dimaksudkan untuk mendorong mahasiswa mencari pengalaman riil lebih banyak di luar kampus. Seperti pertukaran pelajar/mobilitas mahasiswa (student mobility), pengabdian kepada masyarakat (community service), membantu dosen melakukan penelitian (research assistant), berwirausaha, mendesain startup, dan melakukan praktik kerja di industri di dalam maupun luar negeri,” beber Hilda.
Society 5.0 merupakan lanjutan dari Revolusi Industri 4.0, yang bertujuan untuk memulihkan kondisi perekonomian, membangkitkan optimisme manusia dalam menghadapi kesulitan dalam persaingan global.
“Untuk menyiapkan mahasiswa sebagai generasi milenial dalam menghadapi kebutuhan industri, maka diperlukan metode pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa, penguatan soft skill, pembinaan karakter dan penyesuaian kegiatan perkuliahan dengan kebutuhan dunia kerja,” pungkasnya.
Acara orasi ilmiah ini dihadiri oleh Ketua, Sekretaris dan anggota Senat, para Direktur Polinema periode 1981 – 2017, Guru Besar Polinema, para pembantu Direktur dan staf ahli, para Ketua Jurusan, Sekretaris Jurusan, Kaprodi, Kepala Bagian, Kepala UPT dan mitra kerja Polinema. (rhd)