Pamekasan, SERU.co.id – Lapangan Nagara Bhakti Mandhapa Aghung Ronggosukowati tak hanya menjadi saksi upacara peringatan Hari Jadi (Harjad) ke-495 Kabupaten Pamekasan, Senin (3/11/2025), tetapi juga menjadi ruang kebangkitan jati diri budaya Madura.
Upacara tahun ini terasa berbeda. Tak ada jas hitam atau bahasa formal khas birokrasi. Semua peserta dan tamu undangan tampil anggun dengan busana adat bangsawan Madura. Sementara seluruh rangkaian upacara berlangsung sepenuhnya dalam bahasa daerah, sebuah penghormatan simbolik terhadap akar sejarah Pamekasan.
Bupati Pamekasan, KH Kholilurrahman, yang bertindak sebagai pembina upacara, membuka sambutan dengan doa dan ungkapan syukur dalam bahasa Madura. Ia mengajak seluruh warga menengok kembali perjalanan panjang daerah ini sejak masa pemerintahan Pangeran Ronggosukowati, yang pada 3 November 1530 M diangkat sebagai raja pertama dan meneguhkan dasar Islam bagi Pamekasan.
“Are samangkén sadâjâ magharsâré Mekkasan… ghupângghi è rasa bhungâ karena Pamekasan tèmotos dhâdhi 495 taon,” tuturnya dengan bahasa Madura.
Menurutnya, peringatan hari jadi bukan sekadar mengenang sejarah, melainkan momentum untuk menumbuhkan kebanggaan baru, bahwa Pamekasan mampu berdiri sejajar dengan daerah lain berkat budaya, kreativitas, dan semangat warganya.
“Kaula ngator selamat Hari Jadi Pamekasan ke-495. Mèkkasan ajhâ lèbbi partajâ dha’ abâ’na dhibi’, sèrtâ ngaghung pembangunan sè kreatif ajhunan majhu,” pesan Bupati Kholil.
Dalam kesempatan itu, ia juga memohon doa restu agar diberi kekuatan dalam memimpin serta menyampaikan permohonan maaf atas segala kekhilafan selama menjabat.
Menutup amanatnya, Bupati menegaskan bahwa kemajuan Pamekasan hanya bisa dicapai dengan persatuan dan kebanggaan terhadap identitas sendiri.
“Mekkasan Jhatna Paksa Jhenneng Dhibi” Pamekasan harus bangga dengan dirinya sendiri,” tegasnya. (udi/mzm)








