Sidoarjo, SERU.co.id — Konflik antara Bupati dan Wakil Bupati Sidoarjo yang kian mencuat ke publik menuai kecaman keras dari masyarakat. Ketua Gerakan Masyarakat Sidoarjo Berkemajuan (GES-Ber), Dr. Sholikh Al Huda, menilai perseteruan keduanya sebagai tontonan politik yang memalukan dan merugikan warga.
“Rakyat Sidoarjo tidak butuh tontonan rebutan kursi. Yang dibutuhkan itu jalan-jalan rusak diperbaiki, kesejahteraan warga ditingkatkan, pendidikan anak-anak diperhatikan, dan lapangan pekerjaan dibuka. Bukan konflik elitis seperti ini,” tegas Sholikh saat ditemui di Sidoarjo, Minggu (21/9).
Menurutnya, kondisi tersebut justru memperlihatkan betapa kepemimpinan di daerah telah melenceng dari mandat rakyat.
“Jabatan itu amanah, bukan panggung pertarungan ego. Sangat disayangkan, ketika rakyat sedang menghadapi masalah PHK, harga kebutuhan pokok naik, dan fasilitas publik terbengkalai, justru para pemimpin sibuk mempertontonkan konflik,” ujarnya.
GES-Ber, lanjut Sholikh, menyerukan agar Bupati dan Wakil Bupati segera menghentikan perselisihan internal dan kembali fokus menjalankan tugas pemerintahan.
“Kami muak melihat konflik ini. Sidoarjo butuh kerja nyata, bukan drama politik,” tegasnya lagi.
Sebagai warga Grand Masangan, Sukodono, Sidoarjo, Sholikh menegaskan dirinya merasakan langsung berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat. Ia mencontohkan masih banyak jalan berlubang di kawasan Porong dan Krian yang membahayakan pengendara, kemacetan parah di Waru dan Aloha yang belum terurai, banjir musiman di Tanggulangin hingga Candi yang selalu berulang tanpa solusi tuntas, serta masalah sampah yang menumpuk di beberapa titik permukiman.
“Ini masalah nyata yang setiap hari dihadapi rakyat Sidoarjo. Bukannya diselesaikan, mereka malah sibuk bertengkar soal kursi. Kami bukan sekadar bicara, kami mengalami sendiri. Karena itu, suara rakyat harus didengar: hentikan konflik memalukan ini,” tegasnya.
Sholikh juga mengingatkan bahwa rakyat semakin kritis menilai kinerja pemimpin.
“Kalau mereka terus-menerus mengabaikan kepentingan publik, rakyat bisa kehilangan kepercayaan. Jangan sampai energi pembangunan habis hanya untuk pertarungan kekuasaan,” imbuhnya.
GES-Ber menegaskan, suara masyarakat sudah jelas: Sidoarjo harus maju, keluar dari jebakan konflik, dan kembali pada agenda pelayanan publik.
“Kami mendesak para pemimpin daerah segera sadar, hentikan pertunjukan memalukan ini. Sidoarjo terlalu berharga untuk dikorbankan demi ego politik,” pungkas Sholikh. (*/ono)