UNAIR Bahas Ketahanan Pangan dan Pentingnya Pola Makan Bergizi

UNAIR Bahas Ketahanan Pangan dan Pentingnya Pola Makan Bergizi
Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah Jatim Dr Andriyanto saat diwawancarai awakmedia. (foto:ist)

Surabaya, SERU.co.id – Universitas Airlangga (Unair) mengadakan talkshow bertajuk “Ketahanan Pangan dan Budaya Makan Bergizi” yang berlangsung di Hall Lantai 1 Kantor Manajemen Kampus MERR-C UNAIR, Senin (30/12/2024).

Kegiatan ini menghadirkan Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Jawa Timur, Dr. Andriyanto, S.H., M.Kes., yang menekankan pentingnya mengubah pola pikir masyarakat tentang budaya makan bergizi untuk mendukung ketahanan pangan.

Bacaan Lainnya

“Pemenuhan gizi pada anak adalah bentuk investasi jangka panjang. Dengan meningkatkan gizi masyarakat, kita tidak hanya meningkatkan kesehatan, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi,” ujar Andriyanto kepada SERU.co.id, Jumat (27/12/2024).

Ia menjelaskan bahwa investasi tersebut dapat dimulai dengan memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif selama dua tahun, disertai makanan pendamping ASI (MPASI) yang bergizi.

“Langkah sederhana seperti ini bisa membantu mengatasi berbagai masalah seperti stunting. Kita harus mengubah pola pikir bahwa gizi buruk hanya disebabkan oleh kemiskinan, karena data menunjukkan faktor kemiskinan hanya menyumbang sekitar 30 persen. Faktor utama adalah pola asuh yang kurang tepat,” jelasnya.

Andriyanto menambahkan bahwa kurangnya asupan gizi pada anak berdampak buruk pada perkembangan otak, yang pada akhirnya memengaruhi kemampuan belajar. Jika kemampuan belajar rendah, ini akan berdampak pada tingkat pendidikan yang juga rendah.

“Untuk mencapai ketahanan pangan, bukan hanya soal menyediakan makanan gratis, tetapi juga memberikan edukasi tentang pentingnya gizi. Dengan begitu, kita dapat menyelesaikan masalah-masalah lain, seperti stunting dan peningkatan kualitas sumber daya manusia,” pungkasnya.

Sementara itu, Rektor Unair Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE, MT, Ak., menekankan pentingnya menjadikan momen akhir tahun sebagai waktu untuk merumuskan ide dan gagasan menuju tahun 2025 yang lebih baik, terutama di bidang pangan dan gizi.

“Kami berharap UNAIR terus berkontribusi dalam memperbaiki pola makan bergizi di berbagai daerah. Gagasan yang dihasilkan melalui diskusi ini diharapkan membantu pengelolaan pangan dan membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi,” ujar Prof. Nasih.

Prof. Nasih menyoroti potensi alam dan laut Indonesia yang melimpah namun belum dikelola dengan baik. Ia mengungkapkan bahwa ketahanan pangan Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Vietnam.

“Masalahnya bukan pada sumber daya, tetapi pada manajemen pangan. Misalnya, meskipun laut kita kaya akan garam, kita masih mengimpor garam. Ini bukan karena kita tidak bisa memproduksi, tetapi karena manajemen pangannya kurang baik,” jelasnya.

Ia juga menggarisbawahi perlunya perbaikan dalam kultur pertanian dan mengajak generasi muda untuk terlibat dalam sektor ini. Dengan memanfaatkan teknologi, inovasi, dan kreativitas, anak-anak muda dapat meningkatkan produktivitas pertanian Indonesia.

Lebih lanjut, Prof. Nasih menyoroti pola makan masyarakat yang cenderung berlebihan dalam konsumsi karbohidrat dibandingkan lauk pauk, sehingga kandungan gizi sering kali tidak tercukupi.

“Budaya makan seperti ini sudah tertanam sejak kecil, dan inilah yang perlu kita ubah. Tugas kami adalah memastikan produk makanan yang dihasilkan memenuhi kadar gizi yang dibutuhkan. Dengan begitu, target pemerintah untuk menurunkan angka stunting dapat tercapai,” pungkasnya. (sby2/ono)

disclaimer

Pos terkait