Sambega Covid-19 Tarian Baru Ki Jopo

KARYA : Sujopo Sumarah Purbo/Ki Jopo menunjukkan topeng hasil karyanya saat di rumah yang berada di gang 11 RT 1 RW 12, Pohkopek, Dusun Gondorejo, Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Minggu (19/7/2020).

Lambangkan Geloranya Seniman Agar Tak Berhenti Berkarya

Bacaan Lainnya

Batu, SERU – Meskipun masih dalam Pandemi Covid-19/Corona. Seniman di Kota Batu tetap berkarya. Seperti yang dilakukan oleh  Sujopo Sumarah Purbo ‘Ki Jopo’, seniman tari 1000 wajah yang tinggal di Dudun Poh Kopek/Gondorejo, Desa Oro Oro Ombo, Kota Batu.

Menurut dia, eksistensi seni harus terus bergelora walaupun ada pembatasan ruang. Melalui tarian ‘Sambega Covid-19’ untuk representasikan kondisi ekonomi, dan terbatasnya ruang yang menghantam selama kurang lebih tiga bulan ini membuat eksistensi para seniman harus terkurung.

“Artinya berhenti juga pemasukan dari setiap aksi panggung yang saat ini masih dilarang akibat pandemi. Karena di masa pageblug ini Pemerintah melarang kegiatan yang berkerumun lebih dari 15 orang,” beber pria yang berasal dari RT 1 RW 12, Pohkopek, Dusun Gondorejo, Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu ini, Minggu (19/7/2020).

Salah satunya kegiatan seni budaya. Ia berpesan supaya seniman tetap berkarya. Bahkan selama terkurung di rumahnya kurang lebih tiga bulan lamanya tak membuat dirinya berhenti berkarya.

Ia malah mengekspresikan situasi saat ini melalui karya tari topeng. Karya tari tradisi tersebut dinamai dengan ‘Sambega Covid-19’. Sambega sendiri merupakan bahasa Pali yang merupakan bahasa dari kitab agama Budha dan memiliki arti berkecamuk atau bergejolak.

“Karya ini saya buat dari melihat berita di media massa. Setiap beritanya saya ikuti. Terutama Covid-19. Akhirnya timbul keprihatinan untuk membuat karya,” ujar Ki Jopo. Karya tersebut, merupakan pesan kepada masyarakat Indonesia pada umumnya di tengah pandemi Covid-19. Pasalnya masih banyak masyarakat yang acuh terhadap aturan pemerintah dalam mencegah persebaran Covid-19.

“Keterlaluan jika masyarakat Indonesia ini kalau tidak mengikuti aturan di tengah pandemi Covid-19. Seperti tidak menggunakan masker dan tidak jaga jarak saat beraktifitas,” ungkap pria paruh baya ini.

Dalam tarian eyang Ismoyo Jati atau Semar mewanti-wanti ketika ada zaman edan atau saat ini bisa dikatakan ada wabah. Kemudian eyang Ismoyo Jati turut prihatin. Selain itu, ia juga mengekspresikan tari naga barong dan leak. Yang dintepretasikan naga barong dan leak sebagai virus.  Di tengah-tengah tarian, muncul sosok topeng cantik yang saya representasikan sebagai pramugari cantik. Pramugari tersebut memiliki keluarga dengan seroang bayi.

“Namun sayangnya sepulang kerja ia langsung menggendong anaknya yang masih balita. Kemudian juga bergumul dengan suaminya tanpa membersihkan diri dahulu. Pada akhirnya terjangkit Covid-19,” terangnya.

Dari situlah, eyang Ismoyo Jati datang mengambil sang bayi untuk memandikan. Ini agar sang jabang bayi tidak tertular. Tak hanya itu, ia juga mengenakan APD lengkap dengan face shiled, dan sarung tangan sebagai representasi tenaga medis saat menari degan gerakan seoalah-olah mengobati pasien Covid-19.

Serta juga ada gerakan yang menunjukkan doa permintaan kepada seng pencipta agar pagebluk segera berakhir. “Jadi tak hanya cerita tentang realitas saat ini. Tapi juga ada usaha dan upaya yang dilakukan yang diiringi doa agar pandemi Covid-19 segera berakhir,” tambahnya.

Namun dibalik karya ‘Sambega Covid-19’ yang ia buat. Diakuinya bahwa selama tiga bulan ini ia harus tiarap total atau tidak bisa bekerja mencari nafkah sama sekali. “Kalau masalah dapur, ya sudah tiga bula ini tidak ada pemasukan broo. Jadi untuk melakoni kebutuhan sehari-hari saya sampai jual kendang, dandang, dan keris yang saya punya. Yang penting bukan kostum tari dan peralatan main lainnya,” tandasnya.

Bahkan, yang membuat terharu ia terpaksa berhutang di Eco Green Park untuk dua pentas. Selain itu saya juga hutang dua egolan (dua pentas) kedepan agar bisa menyambung hidup sehari-hari.

“Nanti saat normal kembali baru bisa tampil dua kali pentas,” imbuhnya. Disisi lain, selama berkarya ia selalu ingat dengan Gendon Humardani, Bagong Kusudiarjo, Eddy Rumpoko yang selalu memberi dirinya support untuk terus menghaslkan dan berkarya.

“Tiga orang tersebut yang selalu support saya untuk tetap semangat dan tidak putus asa dalam berkesenian. Serta teman akrab saya almarhum Gendono yang menyusun iringan musikalisasi musik dalam tarian Samdega Covid-19,” terangnya.

Dalam penampilan tari Samdega Covid-19, Ki Jopo dibantu dengan kolaborasi antar seniman seperti Seno Bramantio  film maker dokumenter, Herman Aga dan Adi Mahardian Mukti dari Tukunuku yang juga seorang sutradara film fiksi. Mereka turut membantu dengan membuat dokumenter pendek Samdega Covid-19 di Coban Putri.(lih/man)

disclaimer

Pos terkait

Komentar ditutup.