Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Kecewa, Nyawa Korban Hanya Dibayar Vonis Tiga Tahun Penjara

ibunda almarhum jofan korban tragedi kanjuruhan cholifatul noor
Ibunda almarhum Jofan, korban Tragedi Kanjuruhan Cholifatul Noor.(foto; wul)

Malang, SERU.co.id – Keluarga korban Tragedi Kanjuruhan kecewa dengan hasil putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Surabaya, Kamis (9/3/23). Mereka menilai putusan tersebut jauh dari rasa keadilan, tidak sebanding dengan penderitaan keluarga korban yang harus kehilangan anggota keluarga untuk selama lamanya.

Ibunda almarhum Jofan, korban Tragedi Kanjuruhan, Cholifatul Noor mengatakan, dirinya merasa sangat kecewa berat. Lantaran, vonis yang dijatuhkan kepada para tersangka yang bertanggung jawab dalam insiden itu tidak sebanding dengan hilangnya nyawa 135 orang, Sabtu (1/10/2023) lalu itu.

Bacaan Lainnya

“Saya masih kurang lega (hasil vonis). Karena ini menyangkut nyawa, tidak hanya satu atau dua nyawa, tetapi ratusan dan menurut saya ini adalah perencanaan,” seru Cholifatul Noor.

Baca juga: Tiga Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Menyusul Melapor ke Polres Malang

Cholifatul Noor menuturkan, keputusan penembakan gas air mata diatas tribun tersebut masih membuatnya sakit hati hingga saat ini. Menurutnya itu akan seimbang jika ada kisruh supporter ke lapangan dan membuat keributan.

“Tapi kenapa yang ditembak bukan yang turun ke lapangan, melainkan justru ke tribun. Inilah yang membuat saya sakit hati sampai sekarang,” urainya.

Wanita berhijab ini menambahkan, bahwa hasil sidang dari laporan model A sangat tidak memberi keadilan. Apalagi nyawa yang jadi korban seolah dihargai dengan hukuman selama 3 tahun saja.

Oleh sebab itu, wanita tersebut masih mengharapkan keadilan dari laporan Model B yang pernah mereka ajukan di Polres Malang. Karena laporan model A dianggap banyak manipulasi dan kebohongan. Sebab polisi mengadili polisi, seperti jeruk makan jeruk.

“Bagaimana kalau ganti saya yang menembak anaknya. Tidak apa-apa kalau nantinya hanya dihukum 3 tahun. Sebab yang terjadi ini bukan musibah, anak saya dibunuh. Ini yang membuat saya tidak rela dan sampai kapanpun akan terus berjuang,” tuturnya.

Baca juga: Gugatan Class Action Aremania Terkait Tragedi Kanjuruhan Dinyatakan Ditolak

Cholifatul Noor menyebut, anaknya yang menjadi korban Tragedi Kanjuruhan adalah anak semata wayang yang menjadi harapan dan masa depannya. Terlebih almarhum anaknya tersebut sangat berprestasi, baik akademik maupun non akademik.

“Karena itulah saya akan terus berjuang. Bahkan nyawa akan saya korbankan untuk bisa mendapat keadilan,” tuturnya. (wul/ono)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *