• Pasca runtuhnya jembatan penghubung Desa Selorejo – Gadingkulon
Malang, SERU.co.id – Warga pertanyakan kualitas bangunan pasca ambruknya jembatan penghubung Desa Selorejo dan Desa Gadingkulon, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, lKamis (30/1/2020) sore, usai diterjang banjir bandang. Pasalnya, jembatan tersebut baru saja dibangun pada Agustus silam menggunakan dana APBD 2019 sebesar Rp 400 juta.
Pantauan di lokasi, warga mengamati jika tidak ada besi atau bahan yang layak di konstruksi bangunan. Bahkan beberapa warga sempat bertanya-tanya bagaimana proses pembangunan yang memiliki anggaran cukup besar, tapi cepat roboh dihempas arus air saat banjir.
“Lha iya baru saja dibangun mas, tapi sudah roboh diterjang arus banjir. Biaya pembangunan juga cukup besar loh katanya Rp 400 juta,” keluh Choirul, salah satu warga saat menyaksikan usai banjir, Jumat (31/1/2020).
Sebelumnya, Kadis PU Bina Marga Kabupaten Malang, Roomdhoni mengatakan jika bencana disebabkan bencana alam/force majore, bukan karena buruknya kualitas pembangunan. “Ini karena bencana alam, pondasi jembatan tidak kuat menahan arus sungai waktu banjir,” ujar Romdhoni.
Bahkan Romdhoni membandingkan dengan jembatan semi permanen yang sebelumnya didirikan. Jembatan itu tak pernah sekalipun rusak karena arus banjir yang mengalir tak pernah sederas seperti sore kemarin. “Jembatan semi permanen kemarin saja tidak rusak waktu banjir. Ini memang karena kuatnya arus sungai waktu bencana banjir bandang, sehingga merobohkan jembatan,” kilah Rhomdhoni. (lih/rhd)