Pemkot Malang Berkomitmen Jaga Kondusifitas Kerukunan Umat Beragama

Walikota Malang mengisi Forum Kerukunan Umat Beragama Kota Malang dalam rangka mewujudkan moderasi beragama. (jaz) - Pemkot Malang Berkomitmen Jaga Kondusifitas Kerukunan Umat Beragama
Walikota Malang mengisi Forum Kerukunan Umat Beragama Kota Malang dalam rangka mewujudkan moderasi beragama. (jaz)

Malang, SERU.co.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Malang terus berupaya mengantisipasi adanya gesekan antar umat beragama maupun kelompok. Cara yang dilakukan memfasilitasi ‘Forum Kerukunan Umat Beragama Kota Malang dalam rangka Mewujudkan Moderasi Beragama Menuju Malang Kota Toleran’.

Kepala Bakesbangpol Kota Malang, Dra Rinawati MM mengungkapkan, Kota Malang bukan hanya sebagai kota pendidikan, dan industri kecil yang menarik untuk dikunjungi.
Tetapi juga belajar, rekreasi serta semua berasal dari berbagai suku agama, budaya yang berbeda semua ada di Kota Malang.

Bacaan Lainnya

“Potensi bersinggungan antar umat beragama, mewujudkan kota malang bermartabat dijabarkan 4 misi. Misi ketiga
mewujudkan Kota Malang yang plural dan toleran,” seru Dra Rinawati, di Aula Kecamatan Lowokwaru, Jum’at (11/3/2022).

Menurutnya, Indonesia dari Sabang sampai Merauke memiliki banyak potensi dan keberagaman bermacam-macam kekayaan. Memiliki kekayaan budaya, ras suku, bahasa, sehingga bangsa Indonesia bisa bersatu. Fasilitas ini menjadi usaha Pemkot Malang untuk menciptakan kota kondusif.

“Mewujudkan toleransi agama untuk meningkatkan Malang kota toleran, keberagaman di Kota Malang,” imbuhnya.

Senada, Walikota Malang, Drs H Sutiaji, menuturkan, sebetulnya Malang ini tidak ada masalah, tapi memang harus ada kewaspadaan dini. Sejalan dengan instruksi dari Presiden RI bagaimana di daerah-daerah bisa menangkal isu-isu intoleransi.

“Sebenarnya ada dua kutub, radikalisme dan komunisme. Dua kutub ini pasti selalu ada, tapi perlu diyakinkan kepada masyarakat disini sebetulnya orang beragama itu suda selesai,” jelas Sutiaji ketika mengisi keynote speaker ‘Memelihara Toleransi dan Kondusifitas di Era Disrupsi’.

Ia menegaskan, agama bukanlah retorika, dan diakal, tetapi agama harus masuk kedalam hati dengan dirasa. Tuhan seperti menciptakan manusia dan alam semesta berbeda untuk saling mengenal.

“Tidak boleh mengklaim kebenaran miliknya kita. Kebenaran itu miliknya tuhan, kita sama-sama,” pungkasnya. (jaz/rhd)


Baca juga:

disclaimer

Pos terkait