Malang Performance Art Kritik Pemerintah Melalui Teatrikal Jalanan

Salah seorang Mapert melakukan aksi teatrikal di Jalan Basuki Rahmat. (ws1) - Malang Performance Art Kritik Pemerintah Melalui Teatrikal Jalanan
Salah seorang Mapert melakukan aksi teatrikal di Jalan Basuki Rahmat. (ws1)

Malang, SERU.co.id – Banyak cara yang dilakukan oleh seseorang untuk mengungkapkan kekecewaan kepada pemerintah. Salah satunya, Malang Performance Art merespon pembangunan Kajoetangan Heritage yang dinilai belum maksimal dengan aksi jalanan.

Perwakilan Malang Performance Art, Braga Ariya menjelaskan, hari ini 22 Februari 2021 pembangunan Malang Heritage sudah selesai kontraknya. Seharusnya sudah bagus sesuai rencana, akan tetapi ada masalah baru, mulai dari banjir sampai kemacetan.

Bacaan Lainnya

“Kemarin ada banjir waktu hujan deras. Disini tidak pernah banjir kok jadi banjir. Wilayah yang dulunya baik-baik saja dan aman, kok jadinya malah kacau,” seru Braga Ariya, Senin (22/2/2021).

Pihaknya menilai tidak sesuai ekspektasi. Apa yang ada di Kota Malang akan dimunculkan kembali seakan-akan seperti daerah Jogjakarta.

“Bukan cuma buat selebrasi saja. Padahal tujuannya (Malang Heritage) untuk membangun ekonomi dan budaya. Ternyata disamping itu menimbulkan masalah lain,” imbuhnya

Malang Heritage menurutnya, tidak banyak perubahan yang signifikan, hanya penambahan lebar bahu jalan, diganti medium beberapa bagian jalan.

“Kesannya tidak ada perubahan apapun dengan konsep Malang Heritage,” bebernya.

Dirinya menilai bangunan-bangunan ikonik di Malang harus dipertahankan, tidak bisa langsung dibongkar. Melindungi tempat-tempat heritage jauh lebih penting.

“Malang Heritage tidak hanya sekadar tempat untuk transaksi ekonomi, tetapi seharusnya bisa dijaga dengan suasana benar-benar heritage,” paparnya.

Filosofi yang mereka tampilkan ada bunga mawar, sebagai surat cinta Sutiaji. Kalau tanah dan pakai masker sebagai bentuk mengkritik Hutan Kota Malabar tidak berfungsi apa-apa.

Bunga mawar bentuk surat cinta kepada pemerintah melalui teatrikal. (ws1) - Malang Performance Art Kritik Pemerintah Melalui Teatrikal Jalanan
Bunga mawar bentuk surat cinta kepada pemerintah melalui teatrikal. (ws1)

“Kemarin sempat ada kabar akan dirombak. Tapi hutan kota fungsinya bukan seperti hutan kota,” terangnya.

Sekedar informasi, Malang Performance Art terbentuk sekitar tahun 2000-an. Berisikan seniman yang mengekspresikan melalui berbagai media yang bisa digunakan. Selama ini, pihaknya telah melakukan berbagai aksi sebagai bentuk kritik melalui seni. Apa yang menjadi uneg-uneg (red:permasalahan masyarakat) sekitar ke dalam performing art.

“Alternatif media seni banyak, salah satunya di performance art. Kita lebih melibatkan tubuh kita. Banyak kegiatan terkait peringatan atau momen apapun. Kalau cocok dan layak, kita komentari melalui pergerakan dari teman-teman,” pungkasnya. (ws1/rhd)

disclaimer

Pos terkait