Sarat Filosofi, Topeng Malang Dulu dan Kini

Dr Robby Hidajat MSn. (ws1) - Sarat Filosofi, Topeng Malang Dulu dan Kini
Dr Robby Hidajat MSn. (ws1)

Malang, SERU.co.id – Malang adalah gudangnya kesenian, termasuk Wayang Topeng Malang. Perbedaan hanya terletak pada gerakan antar daerah yang dibatasi oleh Sungai Brantas. Selain itu, ada filosofi yang mendalam dari peristiwa meninggalnya seniman.

Koordinator Prodi Pascasarjana Keguruan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang (UM), Dr Robby Hidajat MSn memaparkan, sudah sejak 2004 dirinya menulis buku “Dari Panggung ke Panggung Perkembangan Wayang Topeng Malang” yang dicetak terbatas.

Bacaan Lainnya

“Dulu mulai menulis sejak tahun 2004 mas. Terus saya tambah lagi, revisi lagi, termasuk tulis ulang. Perkembangan yang mutakhir yaitu digunakan pemakaman seniman. Semula tidak pernah ada,” seru pegiat seniman asal Janti, Kecamatan Sukun, Kota Malang ini.

Perkembangan Wayang Topeng Malang tersebut terjadi pada pemakaman generasi ke tiga penggagas Topeng Malang yang pada saat itu bermukim di Desa Kedungmonggo, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang.

Sampul buku "Dari Panggung ke Panggung Perkembangan Wayang Topeng Malang. (ws1) - Sarat Filosofi, Topeng Malang Dulu dan Kini
Sampul buku “Dari Panggung ke Panggung Perkembangan Wayang Topeng Malang. (ws1)

“Jadi perkembangan yang tidak direkayasa dan didalam penghormatan tidak ada musik, tidak ada tari. Ya cuma wayang saja. Meninggalnya Mbah Karimun menjadi memontum yang sangat luar biasa sebagai penghormatan terakhir,” ungkap dosen yang akan merilis buku Kampung Budaya Polowijen.

Filosofi yang terkandung dalam prosesi pemakaman itu sangat simbolik. Pengiring jenazah menggunakan pakaian lengkap Wayang Topeng Malang sampai ke tempat peristirahatan terakhir.

“Itu wayang topeng sudah kehilangan cerita, kehilangan bunyi-bunyian. Kehilangan sutradara, kehilangan pemimpinnya. Dianggap pemakaman Mbah Karimun meninggal pemimpinnya. Semua hilang, tinggal visual. Itu simbolik, filosofis sekali,” jelas Robby, penggagas channel youtube Forum Diskusi berisi tukar pikiran para seniman.

Fungsi primer wayang topeng adalah sebagai sarana ritual tradisional, pagelaran dilakukan di latar-latar punden desa pada kegiatan bersih desa, ruwatan, dan nadhar. Seiring dengan perkembangan masyarakat, perkumpulan wayang topeng yang semula dibina oleh desa, kemudian menjadi milik perseorangan.

“Kemudian mereka memfungsikan sebagai usaha pelayanan jasa hiburan. Mereka menggelar pertunjukan di panggung-panggung untuk menghibur penonton. Bahkan beberapa perkumpulan yang tampil di panggung televisi, festival-festival budaya, dan berbagai acara yang diselenggarakan untuk memeriahkan sebuah kegiatan,” papar pria berkumis ini, kepada SERU.co.id.

Perkembangan wayang topeng Malang dari panggung ke panggung adalah realitas perkembangan sosial masyarakat seni pertunjukan tradisional di Malang.

“Mereka secara simultan dengan perkembangan sosial telah memasuki wilayah-wilayah jasa hiburan untuk kegiatan yang bersifat ekonomis. Perangkat ritual tradisional mengikuti sebagai bagian dari atraksi yang menjadi daya tarik eksotika tradisional,” tandas Robby Hidajat. (ws1/rhd)

disclaimer

Pos terkait