Malang, SERU.co.id – Angka stunting di Kabupaten Malang pada bulan timbang Agustus 2025 mengalami penurunan dibanding musim sebelumnya. Dimana pada bulan timbang Februari prevalensi anak stunting mencapai 6,68 persen, sedangkan di Agustus sebanyak 6,51 persen.
Kepala Dinkes Kabupaten Malang, drg Wiyanto Wijoyo menuturkan, berdasarkan data SSGI (Survei Status Gizi Indonesia) di tahun 2024 oleh Kemenkes RI. Anak penderita stunting se-Indonesia terhitung sebanyak 23,3 persen. Dimana jumlah tersebut jauh berbeda dengan angka stunting berdasarkan bulan timbang, dikarenakan proses survei dilakukan secara sampling.
“Tahun ini akan dilaksanakan survei secara sampling lagi, mudah-mudahan menurun juga,” seru Wiyanto.
Dirinya menjelaskan, jumlah bayi yang diukur pada Februari 2025 sebanyak 146.873 anak dan jumlah stunting 9.816 anak. Sedangkan pada Agustus 2025, jumlah bayi yang diukur 142.311 anak dan jumlah stunting sebanyak 9.276 anak.
Wiyanto membeberkan, untuk mendeteksi stunting petugas hanya melakukan pengukuran tinggi badan dan usia. Seharusnya, balita dinyatakan stunting harus disertai indikator lain, salah satunya adalah pemenuhan gizi.
“Namun, pendek adalah gejala awal. Kemungkinan ada masalah tumbuh kembangnya. Tapi, anak pendek belum tentu stunting,” terangnya.
Diketahui, indikator stunting terpatok pada tinggi badan menurut usia dan kemampuan kognitif. Jika ada balita yang memiliki tinggi badan di bawah tinggi rata-rata balita seusianya, serta dibarengi penurunan kognitif, sehingga bisa dinyatakan stunting.
Mengingat pengukuran kognitif ini memerlukan pihak yang lebih ahli. Sehingga pengkategorian stunting saat ini hanya berdasarkan tinggi badan menurut usia saja.
Wiyanto mengaku, upaya penurunan dan zero penderita stunting ini masih menjadi pekerjaan rumah (PR) Pemkab Malang. Sehingga dalam praktik penanganannya diperlukan kerja sama lintas sektor. Salah satu upaya untuk menekan stunting yakni dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT).
“PMT itu bisa dari puskesmas maupun desa dengan menganggarkan dari ADD (Alokasi Dana Desa). Kami akan memantau pelaksanaannya,” bebernya.
Dirinya menuturkan, PMT tersebut biasanya akan diberikan bentuk makanan ringan bergizi yang dikreasikan ramah dengan anak. Dengan harapan anak akan memakannya dengan senang hati dan menyukainya.
Wiyanto berharap, peran PKK desa dan kader-kader kesehatan harus ditingkatkan. Salah satunya, melalui rembug stunting, baik tingkat kecamatan maupun desa.
“Rembug stunting tersebut juga sebagai wadah bagi kader untuk diskusi terkait temuan dan perawatan stunting,” ungkapnya. (wul/rhd)








