Malang, SERU.co.id – Ribuan massa terdiri dari santri, alumni Pondok Pesantren Lirboyo dan pengurus Nahdlatul Ulama (NU) Cabang Kabupaten Malang datangi Polres Malang, Jumat (17/10/2025) siang. Mereka datang untuk menyampaikan aspirasi terkait upaya pemboikotan media Trans7 dan membuatkan laporan ke pihak kepolisian terkait tayangan pada program XPose Uncensored, diduga dinilai memuat narasi tidak pantas untuk pondok Pesantren Lirboyo, Senin (13/10/2025) lalu.
Ketua PC NU Kabupaten Malang, Khamim Kholili menjelaskan, aksi ini adalah bentuk kekecewaan para santri terhadap narasi tayangan tersebut. Sehingga dengan ini, pihaknya bersama-sama membuat laporan terbuat dan meminta untuk melakukan boikot terhadap media itu.
“Jadi aksi ini karena ketersinggungan seluruh santri Indonesia terhadap tayangan yang ada di Trans7 yang sudah menghina kiai, pesantren,” seru Kholili saat dikonfirmasi.
Dirinya membeberkan, ada enam tuntutan yang turut sampaikan dalam aksi tersebut. Seperti mengutuk keras narasi program yang ditayangkan dengan menyudutkan pihaknya. Meminta pemilik stasiun TV tersebut untuk datang dan meminta maaf langsung kepada Romo KH Anwar Mansur di Lirboyo dan beberapa poin lainnya.
“Kami sudah jelas tuntutannya boikot Trans7, bukan cuma boikot, kemampuan dari teman-teman aspirasi dari bawah untuk izin dari Trans7 dievaluasi. Perlu dicabut pemerintah, biar keadaan ini menjadi tenang. Menjadi pelajaran kepada media-media yang terikat dengan UU pers dan UU penyiaran bisa mengikuti rule yang sudah ditentukan. Tanpa memfitnah, tanpa mendiskreditkan,” jelasnya.
Ia mengatakan, hal seperti ini akan menjadi pelajaran penting bagi semua pihak dan perusahan media lainya agar tidak terjadi kesalahan yang serupa.
“Kami harap media-media yang lain juga tidak memuat satu narasi atau ceramah- ceramah yang mengkafirkan atau membid’ahkan. Kita tetap Bhineka Tunggal Ika, kita tetap harus saling menghargai,” ungkapnya.
“Pesantren itu adat istiadatnya sudah seperti itu mulai dari abad 14, zaman ampeldenta pesantren itu sudah ada sampai sekarang. Adat istiadatnya seperti itu, jangan ini didiskreditkan, jangan ini dihinakan, apalagi sampai pesantren difitnah. Karena bagaimanapun ulama-ulama di pesantren itu ikut mendirikan bangsa ini. banyak pahlawan-pahlawan kita,” imbuh Kholili.
Dia mengaku, rasa ketersinggungan ini tidak hanya dirasakan Romo KH Anwar Mansur saja. Namun, seluruh kiai dan santri di seluruh pesantren juga turut tersinggung, dengan narasi tersebut. (wul/mzm)