Banyuwangi SERU – Tim Monitoring dan Evaluasi (Monev) Satgas percepatan Covid-19 melakukan peninjauan pelaksanaan proses belajar mengajar dengan cara tatap muka di sekolah di SMAN 1 Pesanggaran, Kecamatan Pesanggaran apakah menerapkan protokol Kesehatan, Rabu (19/8/2020).
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Jawa Timur, Istu Handono didampingi tim Satgas Covid-19 Banyuwangi dan Muspika setempat melihat secara langsung pelaksanaan protokol kesehatan, mulai siswa masuk ke sekolah hingga siswa pulang sekolah.
Saat siswa masuk ke sekolah, yang mengendarai sepeda motor, kendaraannya langsung disemprot disinfektan, setelah itu siswa diwajibkan mencuci tangan atau memakai hand sanitizer yang sudah disediakan oleh sekolah.
Usai mencuci tangan, siswa dilakukan cek suhu tubuh mempergunakan thermogun. Selanjutnya bagi siswa yang jalan kaki bisa langsung menuju kelas, sedangkan untuk yang mengendarai sepeda motor menuju tempat parkir kendaraan yang sudah disediakan.
“Untuk jalan masuk dan keluar kendaraan bermotor tidak sama. Kita pisah,” ujar Kepala Sekolah SMAN 1
Setelah memarkir sepeda, siswa tersebut masih diharuskan mencuci tangan kembali atau memakai hand sanitizer. Setiap kelas yang digunakan, ada salah satu guru yang standby mengabsen mereka menggunakan aplikasi sekolah dan juga menggunakan Handsenitizer, serta wajib menggunakan masker. Para guru yang mengajar juga diwajibkan menggunakan face Shield dengan benar.
“Penerapan protokol Kesehatan harus dilaksanakan, dan setiap siswa wajib memakai masker, dan para guru selain memakai masker juga diwajibkan memakai face Shield.
Tim Monev Gugus Tugas Percepatan Covid-19, Edy Supriyono mengatakan, ada tiga sekolahan yang menjadi pilot project kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka. Tiga sekolahan itu, yakni SMKN 1 Glagah, SMALB dan SMAN 1 Pesanggaran.
” Tiga sekolah ini, sebagai percontohan bagi sekolah yang lain, agar bisa menerapkan protokol kesehatan yang sama dengan tiga sekolahan tersebut,” katanya.
Menurut Edy, dari hasil evaluasi keseluruhan di SMAN 1 Pesanggaran ini sudah sesuai. Jadi, pembelajaran secara tatap muka ini bisa dilanjutkan.
“Untuk SMAN 1 Pesanggaran sudah bisa melaksanakan KBM tatap muka. Namun masih ada satu dua item yang harus diperbaiki,” jelasnya.
Ditempat yang sama, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jatim, Istu Handono mengatakan, tiga sekolah yang dievaluasi oleh tim Monev Gugus Tugas Percepatan Covid-19 semuanya sudah melaksanakan protokol kesehatan sesuai anjuran dari pemerintah.
“Tiga sekolah itu menerapkan protokol kesehatan, dan sudah memenuhi syarat untuk melaksanakan

KBM tatap sesuai anjuran,” ujarnya.
Disamping itu kata Istu siswa mulai masuk halaman sekolah hingga pulang mendapat perhatian dari sekolah.
“Pada fase pertama ini, semoga tidak terjadi apa-apa, dan tidak ada klaster baru di ruang lingkup sekolah,” harapnya.
Lebih lanjut Istu menjelaskan susiai surat edaran Gubernur Jawa Timur, untuk wilayah zina orange bisa dilaksanakan secara khusus, dan penuh kehati-hatian yang luar biasa. Salah satunya SMAN 1 Pesanggaran ini sebagai sekolah percontohan.
“Tiga sekolah di tiga kecamatan ini sebagai pilot projects, dan tiga sekolah ini sebagai kunci tahapan selanjutnya,” paparnya.
Jika pada fase pertama ini berhasil, dan tidak terjadi penularan, Kabupaten Banyuwangi yang mendapat label zona orange ini akan berubah menjadi zona kuning.
“Kalau sudah berubah zona kuning, skemanya akan ditingkatkan menjadi 50 persen di tiap kecamatan,” terangnya.
Saat tim Monev melakukan evaluasi di SMAN 1 Pesanggaran, mereka terlihat bangga. Pasalnya, saat siswa masuk halaman sekolah, para siswa ditanya oleh tim Monev Gugus Tugas apa sudah mendapat ijin dari orang tua. Bahkan saat siswa tiba disekolah, siswapun langsung melapor ke orangtuanya.
“Tadi waktu mau berangkat sekolah apa sudah ijin ke orang tuanya,” tanya salah satu guru kepada siswa. Dengan tegas siswapun menjawab. “Sudah pak, saya juga sudah lapor ke bapak saya kalau saya sudah tiba di sekolah,” jawab sang Murid.
Sementara Kepala Sekolah SMAN 1 Pesanggaran, Selamet Riyadi mengatakan dirinya baru menjabat di sekolah ini. Namun langsung mendapat tugas yang berat, sekolah yang dipimpinnya dijadikan pilot projects oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jatim.
“Agar tidak menambah klaster baru, kami buat peraturan secara ketat. Pelaksanaan tatap muka kami bagi dua gelombang, sebagai antisipasi terjadinya siswa bergerombol saat datang ke sekolah,” katanya
Menurut Selamet Riyadi, tidak semua pelajaran dilaksanakan tatatap muka. Ada mata pelajaran dilaksanakan dengan sistem daring.
“Hanya pelajaran tertentu yang tatap muka,” pungkasnya. (ant)