LSF Tunjuk Kampung Film Glanggang Pakisaji Sebagai Desa Percontohan Sensor Mandiri

LSF Tunjuk Kampung Film Glanggang Pakisaji Sebagai Desa Percontohan Sensor Mandiri
Kegiatan Training Of Training kegiatan Desa Sensor Mandiri di Grand Miami Hotel (foto: wul)

Malang, SERU.co.id – Lembaga Sensor Film (LSF) RI menunjuk Kampung Film Desa Glanggang, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang sebagai Desa Sensor Mandiri di Jawa Timur. Nantinya Desa Glanggang ini bakal menjadi percontohan desa-desa lainnya untuk menerapkan sensor mandiri pula.

Sekretaris Komisi III LSF RI, Mukayat Al-Amin membeberkan, ada beberapa penilaian yang dilakukan untuk memilih Kampung Film Glanggang sebagai lokasi percontohan Desa Sensor Mandiri. Seperti halnya hasil karya mereka sifatnya banyak yang mendidik untuk para penontonnya dan berbagai pertimbangan lainnya.

Bacaan Lainnya

“Salah satunya karena ada beberapa komunitas-komunitas film yang mereka aktif dalam membuat film-film yang edukatif. Kedua, pemerintah daerah, terutama kepala desanya welcome terhadap program yang dicanangkan oleh komunitas-komunitas film tersebut,” seru Mukayat saat dikonfirmasi SERU.co.id.

Baca juga: Dandhy Tegaskan Dirty Vote Tidak Ada Hubungan Dengan Paslon

Mukayat mengatakan, penobatan Desa Sensor Mandiri ini sangatlah penting, yang mana dirasa cukup efektif untuk mengedukasi pembuat sekaligus penonton film untuk memilah-milah tontonan yang berkualitas sesuai porsinya.

“Desa yang kita harapkan melek literasi tentang sensor mandiri. Sensor mandiri atau self censor adalah sensor yang diinisiasi oleh masyarakat sendiri. Jadi nanti tidak hanya lembaga sensor yang bekerja tapi masing-masing individu, kita sudah sadar kira-kira tontonan mana yang layak untuk ditonton,” ungkapnya.

Baca juga: Tak Kenal Maka Taaruf Goes To Campus UMM, Novel Edukasi yang Diangkat Film

Sementara itu, Sutradara dan Penulis, Penggagas Kampung Film Glanggang Sudjane Kenken menjelaskan, sebagai salah satu patner LSF pihaknya akan berupaya untuk membuat karya-karya yang akan dikoreksi terlebih dahulu pada proses pembuatan skenario. Sehingga dapat lebih awal dikoreksi sehingga tidak banyak refisi perbaikan setelah film itu rampung.

“Kebetulan memang awal kami bikin skenario. Harapannya dari pihaknya LSF adalah sebelum jadi film, proses awal bikin skenario, kalau bisa diedit di situ. Jadi ya kembali lagi, konsepsi kita nanti kasih ke LSF, LSF akan ringan menyensor. Nggak banyak yang meng-cutting cutting yang full,” ungkapnya. (wul/ono)

 

disclaimer

Pos terkait