Pelayanan RS Dianggap Kurang Maksimal, Keluarga Pasien Lapor ke DPRD Sidoarjo

keluarga pasien saat mendatangi kantor desa pranti
Keluarga pasien saat mendatangi Kantor Desa Pranti. (foto:ist)

Sidoarjo, SERU.co.id – Pasien rumah sakit (RS) swasta yang berada di Jalan Waru Sidoarjo, mengeluhkan pelayanan pihak rumah sakit. Akibat pelayanan yang kurang baik sebabkan orang tuanya meninggal dunia di ruang tunggu observasi rumah sakit.

Peristiwa ini bermula saat Sri Sutami, warga Jalan Manggis, Desa Pranti, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, pada tanggal 8 Maret 2023, sekitar pukul 23.15 WIB membawa orang tuanya (pasien) ke salah satu RS yang ada di kawasan Waru, Sidoarjo.

Baca Lainnya

Saat itu, orang tuanya atas nama Teguh 67 tahun, merasakan sakit di bagian perut dan pinggang belakang setelah mengkonsumsi obat disertai minum kopi. Tak berselang lama merasa mual muntah hingga kondisi tubuh merasa gelisah.

“Setelah datang di RS kita tidak boleh masuk ke ruang UGD dan disuruh nunggu diluar. Katanya ‘diluar dulu bu daftar dulu’. Saya juga tidak tanya alasannya kenapa, terus saya daftar. Saya pikir saya daftar bapak dikasih tindakan ternyata tidak,” jelas Sri Sutami saat ditemui di kantor Desa Pranti, Kamis (30/3/2023).

Lebih jauh dijelaskan, usai mendaftar akhirnya mendapat obat anti nyeri dan obat suntik (injeksi) resep di apotik RS. Kemudian obat Ralfate dan Lanso Prazole, yang disuntikkan di lengan sebelah kanan dengan kondisi pasien masih ada diluar dan tidak didalam UGD.

“Saat disuntik itu, bapak saya posisi ada diluar UGD. Padahal UGD itu kosong tidak ada pasien sama sekali dan saya tidak tanya, saya tanyanya habis disuntik. Saya tanya, Dok habis ini bagaimana? ‘Sudah buk boleh pulang’ kata Sri, menirukan ucapan dokter.

“Kemudian saya tanya lagi masa kondisi bapak seperti ini disuruh pulang. ‘Iya gak apa apa bu sambil rawat jalan’, kata dokter. Tapi saya tidak pulang dan tetap di rumah sakit, setelah bapak gagal nafas dan dalam kondisi meninggal baru dimasukkan ke ruang UGD baru mendapatkan tindakan medis seperti bantuan jantung sekira pukul 00.30 WIB, Kamis dini hari dan pukul 00.40 WIB bapak meninggal,” lanjut dia.

Dari kejadian itu pihak keluarga meminta bantuan Kades Pranti yang datang ke RS sekira pukul 01.00 WIB, Kamis dini hari.

Saat Kades Pranti Eko Purnomo, dimintai keterangan di kantornya, Kamis (30/3/2023) pagi menjelaskan, bahwa saat peristiwa itu terjadi ia ditelfon pihak keluarga korban bahwa orang tuanya meninggal di RS.

“Setelah saya datang bertemu dengan dokter dan bertanya ke dokter soal pasien meninggal karena sakit apa. Tapi dijawab dokter pasien meninggal karena sakit jantung dan disitu saya marah, karena orang yang meninggal pasti sakit jantung. Padahal yang dikeluhkan keluarga proses penanganan dari awal,” tegas Kades Pranti.

“Harusnya pihak RS itu tahu apa yang harus dilakukan kepada pasien tindakan medisnya. Pertama penunjang medis (Lab) dan itu tidak di lab, kemudian tidak ada infus maupun oksigen agar pasien tenang namun tidak ada. Itu yang disayangkan pihak keluarga,” urai dia.

Atas permasalahan warganya tersebut, Kades Pranti pada Jumat (10/3/2023) sore, mendatangi RS dan bertemu dengan jajaran Direksi RS maupun dokter medis. Usai bertemu, pihak rumah sakit minta waktu untuk dapat menjawab apa yang menjadi keluhan keluarga.

“Setelah itu kami dimintai nomor telfon dan pulang. Setelah itu mulai hari Sabtu (11/4/3/2023) sampai Selasa (14/3/2023) tidak ada kabar dan saya coba telfon namun tidak diangkat sehingga saya lanjut ke Whatshapp,” papar dia.

Atas peristiwa ini, pihak keluarga hanya  berharap agar rumah sakit dapat memperbaiki system’ pelayanan yang  lebih baik. Dan pihak keluarga juga sudah melaporkan peristiwa tersebut ke Komisi D DPRD Sidoarjo.

Sementara, Ketua Komisi D DPRD Sidoarjo, Abdillah Nasikh membenarkan laporan tersebut. Rencananya pekan depan akan dilakukan rapat dengar pendapat (hearing) antara keluarga pasien, RS Bunda dan Dinas Kesehatan Sidoarjo.  “Iya, rencananya Minggu depan,” saat dihubungi via telfon.

Sementara itu, hingga berita ini diketik Direktur RS Bunda, dr Tanto Iswahudi, saat dikonfirmasi melalui via whatshapp untuk dimintai keterangan belum direspon. (iki/ono)

Berita Terkait

Iklan Cukai Pemkab Jember

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *