Kota Malang, SERU – Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama) angkat bicara terkait kericuhan yang terjadi di area depan Unikama, Sabtu (11/1/2020) sore. Kericuhan yang terjadi, diduga akibat ketidakpuasan salah satu pendukung pasangan calon (paslon) pada hasil perhitungan Pemilihan Presiden Mahasiswa (Presma), Jumat (10/1/2020).
Menurut keterangan salah seorang mahasiswa, ketegangan mulai muncul saat diketahui, adanya tindakan represif dari salah satu pendukung paslon kepada pendukung paslon yang memenangkan perhitungan suara. Kemudian berbuntut aksi saling serang dari kedua belah pihak. Ketegangan akhirnya mereda sekitar pukul 16.00 WIB, ketika pihak kampus berusaha membubarkan mahasiswa yang masih berada di area depan kampus.
Ditemui awak media, Minggu (12/1/2020) siang, Rektor Unikama Pieter Sahertian, membenarkan kerusuhan tersebut adalah buntut ketidakpuasan salah satu pendukung paslon Presma terhadap hasil perhitungan.
“Mungkin ada sedikit kekeliruan dari KPU kampus dalam proses penghitungan. Dalam proses perhitungan tersebut memang ada selisih tiga suara,” ungkapnya, saat ditemui awak media, di ruang humas Unikama, Minggu (12/1/2020).
Lebih lanjut Pieter mengatakan, adanya kejadian tersebut, pihak kampus mengundang semua paslon beserta tim suksesnya untuk melakukan mediasi. Menurutnya, hal itu dimaksudkan agar segera mendapat titik terang dan suasana tidak semakin memanas.
“Dan kemarin itu saya diundang, karena KPU Kampus akan melakukan penetapan suara yang sah dan penetapan pemenangnya. Tapi, didalam proses itu ada temuan-temuan walau tidak signifikan, yang membuat pendukung pasangan calon 1 dan 3 bentrok,” ulasnya, didampingi Kepala Humas Unikama, Retno.

Bentrokan tersebut, tambah Pieter, membuat aparat kepolisian dan TNI melakukan pengamanan agar tidak terjadi kericuhan.
“Sebenarnya, melihat kampus dijaga aparat kepolisian dan TNI, merupakan pemandangan yang gimana. Mereka berjaga-jaga agar tidak terjadi kericuhan. Syukurlah, hari ini (Minggu 12/1/2020) telah ditetapkan pasangan calon nomor urut 1 yang menang,” ujarnya.
Menurut Pieter, pihaknya selalu berusaha memberi pembinaan kepada mahasiswanya untuk bisa lebih bijak dan tidak mudah terprovokasi oleh sesuatu hal yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.
“Pembinaan terus dilakukan, dan terkait hal semacam itu, memang kemampuan mengendalikan emosi yang menurut kami membutuhkan proses. Dan kami berusaha menghargai proses itu. Selain itu, kami juga tidak berharap mahasiswa Unikama resistensinya tinggi di masyarakat. Dan kami pastinya juga akan tetap berkomunikasi dengan masyarakat. Hal itu juga beberapa kali telah kami lakukan,” pungkasnya. (riz/rhd)
Pendidikan, Komunitas, Hukum, Peristiwa