Ilustrasi pengumuman SNMPTN dari salah satu siswa. (ist)
Malang, SERU.co.id -Pengumuman Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) baru saja diumumkan. Banyak siswa yang belum berhasil lolos secara tidak langsung membuat kondisi psikis naik turun.
Ilmuan Psikologi Sosial, Dr Mohammad Mahpur MSi menjelaskan, siswa yang belum berhasil harus tetap bersemangat dan tidak boleh menyerah. Apalagi menjadi beban pikiran atau malah membuat stres merupakan hal yang harus diminimalisir.
“Kalau kita meyakini bahwa masa depan terbaik bagi kita maka sebenarnya itu bukan sebuah kegagalan,” kata Mohammad Mahpur saat dikonfirmasi, Rabu (30/03/2022).
Menurutnya, kegagalan kalau orang mempercayai berarti ia adalah orang yang kalah. Sehingga siswa yang belum lolos harus tetap optimis dan tetap kreatif. Lalu masa depan yang menentukan adalah pikiran dan kesiapan untuk berbeda dengan orang lain.
Selanjutnya, jangan rendah diri, jangan malu dikatakan orang lain. Karena pada prinsipnya harus memiliki usaha serius, maka boleh jadi itu bukan kegagalan, tapi adalah tantangan untuk selalu melangkah dengan apa yang telah dimiliki.
“Sehingga kita lihat kembali bagi yang tidak lolos itu kemampuan kita dimana. Jangan sampai kemudian kehilangan arah. Menurut saya setiap orang punya jalan, kesempatan, perbedaan jalur pendidikan tidak menjadikan orang kemudian kehilangan masa depan,” ungkapnya.
Pria Lulusan Doktoral Psikologi UGM ini mengaku, siswa yang sudah lulus dan masuk perguruan tinggi itu adalah calon remaja akhir menuju dewasa awal. Sehingga harus tetap menyeimbangkan pikiran karena akan ada selalu ada jalan.
“Menurut saya yang sering dialami adalah stres, tekanan psikologis atau ngambek, putus asa. Kemudian ada istilah yo wis (ya sudah) aku tidak diterima disini,” ujarnya.
Mahpur melanjutkan, ada beberapa siswa yang menarik diri untuk tetap berpikiran, tetapi yang banyak ditemui juga adalah mengambil pilihan yang tidak menjadi impiannya. Mematikan impian itu yang barangkali bisa meyakinkan, dan kehilangan harapan.
Meskipun dirinya tidak mempunyai data pasti, Mahpur memastikan tidak ada kasus-kasus serius karena frustasi belum diterima di perguruan tinggi impian. Disisi lain juga ada tekanan-tekanan dari dalam diri siswa terlalu besar dan tidak bisa mengembalikan emosi.
“Kemudian larut ada tekanan dari luar, misalnya orang tua atau keluarga dekat. Sehingga tekanan dari luar itu yang kemudian juga anak-anak mengalami tekanan psikologis,” paparnya.
Kaprodi Magister Psikologi UIN Maliki Malang ini menambahkan, cara mengatasi kondisi psikis tersebut dengan mencoba kalau dari sisi dalam diri harus secepatnya mengubah cara berfikir, dan menyeimbangkan imosinya. Bisa juga dengan mencari figur, tokoh atau melihat orang-orang disekitar inspiratif.
“Mereka bisa menjadi contoh meskipun mereka tidak sesuai dengan impiannya mereka tetap bisa sukses. Lihatlah orang orang sukses, baca cerita, buku akan ketemu dinamika, pengalaman hidupnya bagaimana mereka bisa mengelola kegagalan,” jelasnya.
Penasihat Gusdurian Malang ini mencontohkan beberapa tokoh inspiratif seperti pengusaha Bob Sadino, Menteri Kelautan, Susi Susanti dan seterusnya. Bukan orang yang memiliki background pendidikan tinggi, tetapi dengan keuletan dan kegigihan.
“Yang penting kegigihan, optimisme, dan kerja keras. Gagal tapi kita siap belok kiri, atau masih ada kesempatan pasti ada sesuatu yang manfaat. Kalau ketiga tidak tercapai ya ikhlasin saja bahwa ini memang yang terbaik untuk kita,” tandasnya. (jaz/rhd)