Wawali Sofyan Edi : Kebebasan Harus Menjaga Etika dan Norma, Agar Terhindar Dari Konflik Sosial

Wawali menyampaikan sinergi semua pihak dalam mengatasi konflik sosial. (rhd)

FT 1 :
FT 2 :
FT 3 :

Kota Malang, SERU – Konflik sosial masih seringkali terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini disebabkan karena penyalahartian kebebasan yang digunakan sebebas-bebasnya tanpa memperhatikan etika dan norma-norma yang berlaku.

Baca Lainnya

Wakil Walikota Malang, Sofyan Edi Jarwoko, mengatakan tata kehidupan bermasyarakat bisa dipantau melalui keamanan. Kondisi ini harus diketahui masyarakat luas. Selain itu, juga masyarakat diluar kota yang memiliki kepentingan di Kota Malang, seperti investor, orang tua mahasiswa, dan lainnya.

Pasi Intel Kodim 0833, menyatukan perbedaan adalah wajib. (rhd)

“Indonesia memiliki beragam masyarakat yang multikultural, berdasarkan agama, adat istiadat dan budaya. Namun kebebasan yang sebebas bebasnya, menjadi salah satu sumber munculnya konflik. Kota Malang sebagai Kota terbesar kedua di Jatim sangat berpotensi untuk itu,” serunya, saat membacakan sambutan Walikota Malang Sutiaji, dalam Rapat Koordinasi dan Sinergitas Penanganan Konflik Sosial, di Hotel Gajahmada Graha, Kota Malang, Selasa (15/10/2019) malam.

Menurutnya, ungkapan yang jujur memang kadang menyakitkan. Namun agar tidak terjadi salah paham, maka komunikasi yang disampaikan harus baik dan tidak boleh menyinggung perasaan. Bung Edi, sapaan akrabnya, memberikan contoh imbauan RT agar warganya memiliki tempat parkir mobil dan tidak diparkir di depan rumah atau jalan.

“Ketika ada goresan, timbul prasangka pelaku yang menggores adalah tetangganya. Dampak lainnya, ketika ada kebakaran, mobil OMK tidak bisa masuk karena terhalang mobil parkir. Seharusnya sumber api bisa ditangani dengan cepat, karena terhalang malah keburu merembet dan menyebar apinya. Hal ini harus dipahamkan. Pesannya, memecahkan masalah, jangan menambah/menciptakan masalah baru,” beber Bung Edi.

Melalui sinergi Pentahelix, tak hanya diucapkan, namun harus dilaksanakan. Salah satunya dalam mengatasi konflik sosial seperti itu dan lainnya. Salah satunya terkait pendidikan, dimana mahasiswa dan masyarakat bercampur dalam lingkungan yang sama. “Dengan komunikasi yang baik, maka segala perbedaan dalam keberagaman menjadi pemersatu, bukan lagi pemecah belah. Kondisi saling membutuhkan menjadi kesepahaman bersama,” tandas politisi partai Golkar ini.

Dalam Rapat Koordinasi dan Sinergitas Penanganan Konflik Sosial yang diikuti 150 orang  ini, selain Wakil Walikota Malang, Sofyan Edi Jarwoko, juga menghadirkan narasumber KBO Satintelkam Polres Kota Malang, Hari Subagyo, dan Pasi Intel Kodim 0833, Kapten Arh Imran, SH.

“Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan ketertiban dan keamanan di Kota Malang, agar menjadi prioritas sekaligus upaya menciptakan suasana kondusif serta untuk memahami tantangan ancaman konflik sosial yang sewaktu-waktu dapat terjadi di tengah masyarakat,” jelas Wulan Ragas Prasiani Iriana, Sekretaris Bakesbangpol Kota Malang, didampingi oleh Asisten Pemerintahan dan Kesra Pemkot Malang, Sri Winarni.

 Animo peserta dari berbagai elemen masyarakat, TNI-Polri, Rektor, dan lainnya. (rhd)

Sementara itu, KBO Sat Intelkam Polres Kota Malang, Hari Subagyo, mengatakan secara aspek Tri Gatra dan Panca Gatra, karakteristik keamanan tiap wilayah kecamatan terbilang kondusif. Namun perlu upaya segera dalam penyelesaiannya dengan melibatkan Pemkot Malang.

“Dari Kecamatan Lowokwaru, karateristik pemukiman penduduk yang bercampur dengan mahasiswa, dimana Lowokwaru menjadi pusat kampus di Kota Malang. Seringkali terjadi potensi 3 C, yaitu Curat, Curas dan Curanmor. Sementara di Kecamatan Blimbing, kasus pasar Blimbing dan permasalahan macet dari tol. Dan Kedungkandang, terkait permasalahan tol mapan,” terang Hari Subagyo.

“Untuk itu, kami selalu rutin berpatroli, selain silahturahmi dengan para pemangku wilayah, tokoh agama, dan tokoh masyarakat setempat. Pun dengan civitas akademika melalui Rektor dan Wakil Rektor,” tandas Hari.

Senada, Pasi Intel Kodim 0833, Kapten Arh Imran, SH, mengatakan ada 4 macam perbedaan, yaitu perbedaan individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan dan perbedaan sosial. Perbedaan individu itu karena perasaan dan ide;
Perbedaan kebudayaan karena keberagaman dan karakter; Perbedaan kepentingan karena politik dan ekonomi; Dan perbedaan sosial karena perbedaan status sosial dan kelompok. Salah satunya di Malang sempat terjadi pertikaian di Rajabally antara mahasiswa Papua dan Aremania,” seru Imran. (rhd)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *