Jakarta, SERU.co.id – Hasan Nasbi resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Kepala Kantor Komunikasi Presiden (Presidential Communication Office/PCO). Keputusan ini diambil setelah pernyataan kontroversialnya soal insiden teror kepala babi ke kantor Tempo menuai kritik luas.
Dalam pernyataannya, Hasan menyebut pengunduran dirinya sebagai langkah terbaik demi perbaikan komunikasi pemerintah ke depan.
Hasan menyatakan, keputusan ini sebagai bentuk tanggung jawab dan pilihan terbaik demi masa depan komunikasi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
“Saya harus meminta maaf kepada beliau jika selama memberikan pelayanan kepada Presiden, masih jauh dari apa yang beliau harapkan,” seru Hasan, Selasa (29/4/2025).
Hasan menegaskan, pengunduran dirinya bukanlah keputusan emosional atau reaktif, melainkan hasil dari pertimbangan matang. Ia mengibaratkan dirinya kini menepi dari lapangan permainan dan duduk sebagai penonton. Memberikan ruang bagi figur lain yang lebih tepat dan strategis dalam mengawal komunikasi Presiden.
Surat pengunduran dirinya dikirimkan langsung kepada Presiden melalui dua pejabat kunci. Yakni Menteri Sekretaris Negara dan Sekretaris Kabinet pada 21 April 2025.
Muncul dugaan langkah ini tak terlepas dari jejak kontroversi Hasan Nasbi. Khususnya pernyataannya terkait insiden teror kepala babi ke kantor redaksi Tempo. Ketika publik menuntut kecaman tegas terhadap teror yang menyasar jurnalis Francisca Christy Rosana, Hasan justru melontarkan komentar nyeleneh “Sudah dimasak saja.”
Pernyataan itu memicu gelombang kritik luas, dianggap tidak sensitif, bahkan melecehkan nilai demokrasi dan kebebasan pers. Presiden Prabowo sendiri akhirnya angkat suara.
“Ucapan itu keliru. Saya kira beliau menyesal,” ujar Prabowo dalam wawancara di Hambalang, Bogor.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia, turut menanggapi pengunduran diri ini. Menurutnya, jabatan Kepala Kantor Komunikasi Presiden seharusnya diemban oleh figur yang berada sangat dekat dengan Presiden.
“Juru bicara adalah orang yang menyampaikan apa yang dipikirkan Presiden. Maka ia harus day to day, hour to hour, bahkan second to second bersama Presiden,” tegas Doli. (aan/mzm)