Ketua Koperasi Pemuda Makmur, Muhammad Salim mengatakan, koperasi tersebut mencakup 9 usaha yang dijalani di wilayah Desa Kemiri.
“Dalam koperasi ini, ada sembilan pokok usaha yang sedang kami jalankan. Pertama, perdagangan, terus industri kelapa mentah, industri aksiri, industri farmasi hewan, rumah makan, dan industri pariwisata, ekspor, dan learning center,” kata pria yang akrab dipanggil Salim itu.
Salim menyebut, usaha-usaha dalam koperasi itu, dijadikan komoditas tersendiri bagi para pemuda lokal, untuk menumbuh kembangkan ekonomi di wilayah Desa Kemiri bahkan di Kabupaten Jember.
“Usaha itu yang kemudian dikelola lebih awal dan pengembangannya sudah fokus untuk ekspor sendiri. Memberdayakan pemuda lokal dan sampai hari ini yang sudah kita proses ekspor adalah minyak nilam. Aksiri dalam hal ini adalah nilam yang sudah kita proses secara mentahan,” jelasnya.
“Jadi kembali kepada asas dari koperasi itu sendiri, yakni adalah dari anggota untuk anggota, sehingga hal ini yang kita bangun kekeluargaan,” sambung Salim.
Alasan mendasar dibentuknya koperasi itu adalah berdasarkan hasil kumpul-kumpul dan bincang-bincang beberapa tahun lalu dengan pemuda desa.
“Umumnya teman-teman (anggota koperasi) disini hampir 80% adalah perantau yang dulunya bekerja di Bali, Surabaya, Jakarta, bahkan ada yang ke Malaysia sebagai pekerja migran,” katanya.
“Sehingga, dari situ timbul pemikiran dari kami, kalau seandainya ada kegiatan yang produktif di desa yang bisa dikelola oleh pemuda, yang nanti income-nya juga ke pemuda, akan signifikan hasilnya untuk pemuda lokal,” imbuhnya.
Baca juga: Program 100 Hari Kerja Gus Fawait, Command Center ‘Wadul Gusse’ Pemkab Jember Segera Launching
Akhirnya, kata Salim, pihaknya bersama muda mudi tersebut membentuk unit usaha, yang berawal dari mimpi 3 tahun yang lalu.
“Dari mimpi itu memang baru terrealisasi tahun ini. Karena rata-rata banyak umumnya masyarakat memaknai nafkah hanya sekedar uang saja. Padahal, secara agama nafako itu adalah ya uang, ya biologis, ya juga pendidikan,” ungkapnya.
“Makanya dari itu, kalau di masyarakat finansialnya sudah terpenuhi, jadinya urusan biologis, dan pendidikan dikesampingkan. Kami tidak menginginkan dari itu, makanya pemuda yang masih belum berkeluarga, yang secara SDM masih belum mumpuni, kita rekrut menjadi anggota dan menjadi tim kami untuk di kota sini,” tambahnya menegaskan.
Selain itu, tingginya angka perceraian serta stunting di Desa Kemiri juga menjadi dasar pemikiran memberdayakan warga lokal terutama wanita yang menjadi korban perceraian.
“Makanya, ini juga upaya menekan angka perceraian. Kemarin itu di Desa Kemiri ini angka nikah muda itu banyak. Bahkan masih ada yang nikah siri. Ada juga yabg baru punya anak satu kemudian cerai, sehingga hak-haknya sebagai seorang istri maupun seorang anak apabila nikah siri kan tidak terpenuhi,” papar Salim.
“Kami ingin memerangi itu, cuman kan kita tidak hanya ngomong doang. Kita bentukkan koperasi ini dan ayo kita ciptakan lapangan pekerjaan yang kemanfaatannya juga untuk para pemuda itu sendiri, sehingga mereka tidak perlu repot-repot atau jauh-jauh merantau untuk kerja,” tutup Salim. (amb/mzm)