Batu, SERU.co.id – Lembaga Sertifikasi Profesi Pariwisata Semesta Nusantara (LSP Paresta) adalah lembaga sertifikasi pihak ketiga (P3) yang berada di Kota Batu. Saat ini LSP yang telah terlisensi oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) itu sedang membutuhkan banyak Asesor.
Direktur LSP Paresta Eko Mujiono, SE MM mengatakan, LSP Paresta menjadi solusi bagi pelaku profesi wisata yang membutuhkan sertifikasi profesi kepariwisataan. Untuk pelaku profesi wisata di Jatim, kini tidak perlu jauh mencari tempat untuk melakukan uji kompetensi. Baik yang dianggarkan oleh negara maupun di laksanakan secara mandiri melalui asosiasi.
“Bulan Mei mendatang ini kami butuh banyak Asesor. Ini kesempatan bagi pelaku pariwisata yang sudah berpengalaman dan ingin mengembangkan dirinya,” serunya.
Eko, sapaannya menyebutkan, saat Ini LSP Paresta sudah memiliki 13 skema kompetensi. Diantaranya adalah sertifikasi eco wisata, arum jeram, tour guide gunung, tour guide outbond. Tour guide geo wisata, tour leader, perhotelan, dan tour adventure.
“Ini bisa menjadi pekerjaan sampingan bagi para pelaku wisata dengan menjadi seorang Asesor. Untuk melakukan peningkatan SDM dan mutu pelayanan,” ungkap pemilik Aleta Tour Surabaya ini.
Eko menambahkan, untuk menjadi asesor BNSP, diperlukan latar belakang pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang relevan. Dengan bidang profesi, sertifikat kompetensi yang relevan, mengikuti pelatihan asesor kompetensi, dan memiliki rekomendasi dari LSP terkait.
“Kami sudah mengagendakan kegiatan pelatihan kompetensi sektor pariwisata pada 6 sampai 10 Mei 2025 mendatang. Informasi lengkapnya ada di Instagram kami @lsp_paresta,” imbuhnya.
Eko juga menambahkan, sebagai Asesor, kita akan membantu memastikan standar kualitas dan kompetensi tenaga kerja di berbagai sektor industri. Asesor juga menjadi bagian dari proses peningkatan kualitas tenaga kerja di Indonesia. Selain menjadi seorang asesor, pelaku wisata berpengalaman juga bisa menjadi seorang praktisi atau akademisi di bidang pariwisata pada sebuah lembaga pendidikan.
“Ya ini adalah salah satu alternatif supaya kita tidak syok dengan kondisi pariwisata yang apa-apa sekarang terimbas kebijakan efisiensi,” pungkasnya. (dik/ono)