Sidoarjo, SERU.co.id – Haikal Wira Setiawan, salah satu anak putus sekolah di Sidoarjo tidak bisa melanjutkan sekolahnya karena ijazah yang ditahan MTs Hassanudin. Sudah dua tahun sekolahnya terhenti hingga membuatnya menjadi kuli panggul di pasar.
Haikal mengatakan, ijazah yang ditahan pihak MTs Hassanudin dikarenakan adanya tunggakan pembayaran sekolah. Hal ini membuat Haikal tidak bisa mendaftar ke sekolah jenjang berikutnya.
“Dulu sudah sering dapat peringatan kalau mau ujian harus bayar tunggakan,” seru Haikal.
Tidak diberikannya ijazah dan surat keterangan lulus (SKL) oleh MTs Hassanudin membuat Haikal harus mengubur dalam-dalam mimpinya. Sebelumnya, ia ingin memasuki SMA 1 Gedangan, Sidoarjo.
“Pengen sekolah di Antartika juga dulu. Lihat temen-temen bisa sekolah juga bikin saya sedih,” katanya.
Eko Yulianto Setiawan, orang tua Haikal juga mengatakan hal serupa. Masalah utama ada di pelunasan tunggakan selama sekolah.
“Tunggakannya sekitar Rp10 juta lebih,” paparnya.
Ia juga menyebut, sudah berupaya untuk mengajukan pembayaran dengan cara mengangsur. Namun, pihak sekolah selalu menolak.
“Awal mau daftar SMA dulu sudah saya konfirmasi ke MTs, saya sama istri hanya ada uang Rp2 juta saja tapi ditolak,” sebutnya.
Kepala Sekolah MTs Hassanudin menolak negoisasi tersebut. Ia meminta pembayaran minimal sebesar Rp6 juta supaya bisa mengeluarkan SKL Haikal.
“Kita adanya cuma segitu, terus ditolak dan tidak diberi opsi lainnya kecuali bayar 50 persen,” tutur Eko.
Selama tidak sekolah dua tahun ini, Haikal kerap membantu saudaranya untuk menjual hp bekas. Hasil penjualan tersebut dibuat untuk kebutuhan keluarga juga.
“Jadi kuli panggul, kerja di bengkel dan sekarang bantu kakaknya untuk jualan hp bekas,” pungkasnya. (sda1/ono)