Bedah Buku ‘Merahnya Ajaran Bung Karno’ Ulas Pemikiran Sang Proklamator RI

Bedah Buku 'Merahnya Ajaran Bung Karno' Ulas Pemikiran Sang Proklamator RI
Bedah buku 'Merahnya Ajaran Bung Karno' di Unitri. (foto: ist)

Malang, SERU.co.id – Pusat Studi dan Pengembangan Wawasan Kebangsaan (Pusdipwasbang) Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) berkolaborasi dengan Gerakan Siswa Nasional Indonesia (GSNI) Malang. Menggelar bedah buku ‘Merahnya Ajaran Bung Karno’ karya Airlangga Pribadi Kusman SIP MSi PhD, salah satu dosen Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Buku tersebut mengulas pemikiran-pemikiran Sang Proklamator Republik Indonesia yang relevan dengan kondisi kekinian.

Kepala Pusdipwasbang Unitri, Agustinus Ghunu SE MMA MAP mengatakan, bedah buku ‘Merahnya Ajaran Bung Karno’ karya Airlangga Pribadi Kusman SIP MSi PhD. Merupakan kolaborasi Pusdipwasbang Unitri bersama GSNI Malang memperingati HUT ke-66 GSNI.

Bacaan Lainnya

“Alasannya, Pusdipwasbang berhubungan dengan 4 (empat) konsesus nasional, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Sehingga bedah buku ‘Merahnya Ajaran Bung Karno’ ini sangat berkaitan dengan Pusdipwasbang dan GSNI,” seru Agus, sapaan akrab Ketua Panitia ini, ditemui SERU.co.id di GOR Unitri, Sabtu (4/1/2025).

Menurutnya, isi buku Merahnya Ajaran Bung Karno menyampaikan pesan, agar ajaran Bung Karno jangan sampai pudar ditelan oleh waktu dan peradaban. Sehingga pihaknya terus berupaya menggemakan dan melestarikan ajaran Bung Karno.

“Gen Z jarang tertarik membaca literatur. Melalui acara ini kami bermaksud me-remind ada tokoh bangsa dan proklamator kita, Bung Karno. Dimana beliau mempunyai konsesus sekaligus penggagas Pancasila,” imbuhnya.

Bedah Buku 'Merahnya Ajaran Bung Karno' Ulas Pemikiran Sang Proklamator RI
Prof Wani Hadi Utomo, Agustinus Ghunu dan Airlangga Pribadi Kusman, menjawab pertanyaan SERU.co.id. (foto: rhd)

Usai buku ‘Merahnya Ajaran Bung Karno’ disampaikan oleh sang penulis Airlangga Pribadi Kusman SIP MSi PhD. Selanjutnya buku tersebut dibedah oleh beberapa tokoh, di antaranya:

1. Prof Dr Hariyono MPd (Rektor UM)
2. AM Linggarjati SH (Sesepuh GSNI Malang)
3. Cokro Wibowo Sumarsono MAP
4. Sigit Pramono MAP

Disebutkannya, peserta bedah buku dari berbagai kalangan, baik dalam dan luar Kota Malang secara online dan offline. Kemudian alumni dan mahasiswa Unitri dari berbagai prodi. Serta mahasiswa Unitri yang mengambil mata kuliah wawasan kebangsaan, Pancasila dan Kewarganegaraan.

Senada, Pembina Pusdipwasbang Unitri Malang, Prof Ir Wani Hadi Utomo PhD menyampaikan, pemikiran Bung Karno bukan hanya masif. Namun sangat relevan untuk menyelesaikan permasalahan di dalam negeri maupun di luar negeri.

“Selama rezim orde baru, jangankan bicara Bung Karno, buka bukunya saja dilarang. Sehingga banyak generasi muda yang kurang paham tentang ajaran Bung Karno,” ucap Prof Wani, sapaan akrabnya.

Menurutnya, buku karya Airlangga ini dapat memberi pemahaman kepada generasi milenial dan gen z terkait cara menyelesaikan negara menurut Bung Karno. Bahkan sangat relevan dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini.

“Pemikiran Bung Karno, saya katakan, sangat-sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini, ini harus dipahami oleh generasi muda. Bahkan sekarang teman-teman ini mulai sadar bahwa ajaran Bung Karno benar-benar sangat relevan,” tandasnya.

Sementara itu, penulis buku ‘Merahnya Ajaran Bung Karno’, Airlangga Pribadi Kusman SIP MSi PhD mengatakan, selama ini kita meyakini Pancasila sebagai dasar negara. Namun, pengetahuan tentang Pancasila masih belum paripurna, sehingga masih banyak problem-problem yang terjadi.

“Kenapa? Karena pengetahuan menggali Pancasila tidak benar-benar disebarkan, tidak benar-benar dikaji. Tidak pernah benar-benar didiskusikan dengan utuh,” terang Angga, sapaan akrabnya.

Pasalnya, lanjut Angga, selama 32 tahun era Soeharto, ideologi Pancasila pemikiran Bung Karno dipendam dan dibungkam. Sehingga selama ini, masyarakat hanya mengenal Soekarno karena karisma, pesona, dan spiritual kesaktiannya saja.

“Tapi sebetulnya yang paling penting itu bukan itu, mutiaranya itu adalah pengetahuannya. Karena pengetahuan beliau sejak era pergerakan melawan imperialisme, kolonialisme, sampai kemudian mengelola menjadi pemimpin. Hal itu yang menjadi dasar penggalian Pancasila sebenarnya,” ulas Angga.

Sehingga, ketika masyarakatnya ingin paham Pancasila, harus paham dulu apa yang dipikirkan oleh penggalinya, yaitu Bung Karno. Karena dari pemikiran dan ajaran Bung Karno tersebut masih sangat relevan dengan kondisi bangsa ini.

“Bahkan menurut saya, bisa jadi lebih relevan saat ini daripada saat Bung Karno hidup. Pemikiran Bung Karno itu benar-benar tajam, konteksual dan mencerahkan. Itu hasil dari riset saya,” tegas penulis kelahiran 1976 ini.

Dimulai bagaimana melakukan koreksi terhadap persoalan-persoalan kenegaraan saat ini, baik domestik ataupun luar negeri. Sehingga semua dipandang dalam bingkai kacamata pemikiran Bung Karno.

Disebutkannya, buku ‘Merahnya Ajaran Bung Karno’ dikerjakan ketika pandemi covid, saat dirinya menempuh pendidikan S3 di Australia. Pengerjaan buku tersebut melalui perenungan dan riset selama 10-11 bulan.

“Karena saya memiliki perangkat pengetahuan untuk memahami itu, maka jadilah buku Merahnya Ajaran Bung Karno’ tersebut,” tandasnya. (rhd)

disclaimer

Pos terkait