Malang, SERU.co.id – Menjelang Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriah, Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Brawijaya (UB) berkolaborasi dengan beberapa pihak melakukan pengabdian masyarakat. Melalui pemeriksaan hewan kurban dan edukasi kepada masyarakat terkait dengan manajemen hewan kurban dengan prinsip ihsan dan higienis. Dengan melibatkan anggota Dewan Masjid Indonesia (DMI) dan Juru Sembelih Halal (Juleha) Malang Raya.
Dekan FKH UB, drh. Dyah Ayu Oktavianie AP M.Biotech APVet mengatakan, pengabdian kepada masyarakat menjadi rutinitas menjelang Iduladha. FKH UB memberikan edukasi ke sejumlah masjid-masjid yang ada di Malang Raya melalui Dewan Masjid Indonesia dan Juleha Malang Raya (JMR).
“Diawali dengan ‘Workshop Pemeriksaan, Penyembelihan dan Hygiene Kurban’. Kemudian simbolis pelepasan dosen dan mahasiswa FKH UB ke sejumlah titik di Malang Raya dan Jawa Timur. Serta praktik antemortem, postmortem dan pengolahan daging secara higiene,” seru drh Dyah, di Aula Gedung B FKH UB Desa Kalisongo, Kec. Dau, Kabupaten Malang, Rabu (28/5/2025).
Dalam Workshop Pemeriksaan, Penyembelihan dan Hygiene Kurban, mengusung tema: Menuju kurban berkualitas ‘manajemen kurban dengan prinsip ihsan dan higienis.’ Dengan menghadirkan narasumber dan materi workshop, di antaranya:
- Manajemen Kurban secara Ihsan oleh Muhammad Arif Furqon MPsi (Psikolog)
- Antemortem, Postmortem, dan Pengolahan Daging secara Higiene oleh Dr. Drh. Mira Fatmawati MSI dan Dr. Drh. Widi Nugroho PhD.
“Untuk workshop diikuti oleh anggota DMI se-Malang Raya dan Juleha Malang Raya (JMR). Sementara pengabdian kepada masyarakat, kami menerjunkan 65 dosen dan tenaga pendidikan, serta 916 mahasiswa FKH UB. Dimana akan diterjunkan untuk mendampingi pelaksanaan sebelum dan sesudah penyembelihan hewan kurban,” terang drh Dyah.
Tak hanya dosen, tendik dan mahasiswa, FKH UB juga melibatkan alumni yang telah menjadi dokter hewan di luar kampus. Seperti di Pasuruan, Probolinggo, Surabaya, Mojokerto, Lamongan, Kediri dan sekitarnya.
“Kami juga bekerjasama dengan beberapa organisasi keagamaan, seperti PCNU dan Muhammadiyah. Untuk menjadikan masjid percontohan sistem penyembelihan hewan kurban dengan prinsip ihsan dan higienis,” tandasnya.
Sementara, Kepala Unit Kemitraan Kelembagaan FKH UB, Dr. drh. Mira Fatmawati MSi menjelaskan, prinsip penyembelihan hewan secara scientific. Dengan rasa sakit paling minimal terhadap hewan kurban dan secepat-cepatnya (animal welfare), sehingga sesuai dengan perintah agama Islam.
“Penyembelihan yang tidak tepat dapat menyebabkan kesakitan hewan kurban lebih lama. Kasus seperti hanya satu pembuluh darah hewan kurban yang terputus atau pembuluh darah hewan kurban tersumbat, menjadi masalah yang sering dijumpai. Hal tersebut dapat diatasi dengan teknik restrain dan penyembelihan yang tepat,” terang drh Mira, sapaan dosen FKH UB ini.
Menurutnya, dari tahun ke tahun, evaluasi dari tahun sebelumnya menjadi catatan dan kebijakan untuk pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat berikutnya. Khususnya laporan antemortem dan postmortem, untuk dijadikan evaluasi dan kebijakan selanjutnya, baik FKH UB dan Dispangtan.
“Kita selalu diminta tolong oleh dinas Pemda setempat terkait pelaksanaan penyembelihan secara baik dan benar. Kita berikan teknik pemotongan yang benar dengan menggandeng DMI dan Juleha, terkait antemortem, postmortem, dan pengolahan daging. Bagaimana teknik penyimpanan daging yang baik, mulai penggunaan meja, boks untuk menyimpan daging, dan penggunaan grinder. Sehingga manajemen kurban dapat menjadi higienis dan ihsan,” terang drh Mira.
baca juga: Lazisnu Batu Bekali 200 Juru Sembelih Hewan Kurban dengan Pelatihan Khusus
Senada, Kepala Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UB, drh. Widi Nugroho PhD mengatakan, pemeriksaan hewan sebelum disembelih (antemortem) juga diperlukan. Dimana untuk mengetahui kesehatan hewan kurban, sehingga jika sakit maka dapat segera diobati.
”Dalam praktiknya. terdapat kesulitan untuk menentukan disposisi jeroaan apakah aman untuk dikonsumsi atau tidak. Maka terdapat teknik untuk membedakan jeroan yang aman dikonsumsi atau perlu diolah lebih lanjut (postmortem),” kata drh. Widi.
Selain itu, bagaimana masyarakat mengetahui ciri penyakit Penyakit Mulut dan Kaki (PMK) dan LSD (Lysergic acid diethylamide), mengetahui cacing hati dan lainnya. Sehingga proses dan hasilnya Aman Sehat Utuh dan Halal (ASUH). Sekaligus mengungkapkan, penyebab beberapa fenomena hewan kurban berontak, masih hidup meski sudah disembelih dan lainnya.
baca juga: FKH UB Gelontorkan 500 Vaksin untuk Peternak Sapi Malang Raya Menuju Indonesia Bebas PMK 2035
“Masih ada beberapa penolakan atau kurang kooperatif oleh sejumlah pengurus masjid. Sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi kami untuk masif memberikan edukasi, harapannya ada perbaikan dalam pelaksanaan penyembelihan hewan kurban di tempat tersebut,” tandasnya. (rhd)