Inflasi Kota Malang November 2024 Terkendali, TPID dan BI Perkuat Sinergi

Komoditas bawang merah menyumbang inflasi terbesar karena kenaikan harga. (ist) - Inflasi Kota Malang November 2024 Terkendali, TPID dan BI Perkuat Sinergi
Komoditas bawang merah menyumbang inflasi terbesar karena kenaikan harga. (ist)

Malang, SERU.co.id – Inflasi Kota Malang pada November 2024 terkendali di tengah dinamika harga pangan dan tantangan global. Keberhasilan ini tak lepas dari sinergi antara Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Bank Indonesia (BI) yang secara aktif menjalankan berbagai program strategis. Mulai dari Gerakan Pangan Murah hingga pemantauan harga dan stok bahan pokok menjelang Pilkada dan Natal-Tahun Baru (Nataru).

Kepala Perwakilan BI Malang, Febrina mengungkapkan, pengendalian inflasi ini dicapai melalui berbagai langkah strategis. Termasuk pemantauan harga dan stok bahan pokok, pelaksanaan Gerakan Pangan Murah dan koordinasi rutin dengan pemerintah pusat dan daerah.

Bacaan Lainnya

“Ada beberapa langkah konkret yang dilakukan untuk menjaga kestabilan harga. Yakni sidak pasar dan distributor dengan pemantauan harga dan stok bahan pokok dilakukan menjelang Pilkada dan Natal-Tahun Baru (Nataru) pada 26 November 2024,” seru Febrina, Sabtu (7/12/2024).

Selain itu ada “Gerakan Pangan Murah” yang berlangsung sepanjang November 2024 untuk memastikan keterjangkauan bahan pangan. Kemudian “Pemantauan Rutin Harga Bahan Pokok” dilakukan selama November untuk mendeteksi potensi kenaikan harga.

“TPID bersama Kemendagri rutin melakukan rapat koordinasi mingguan setiap tanggal 4, 11, 18 dan 25 November 2024,” ujarnya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, inflasi bulanan November 2024 sebesar 0,24 persen (mtm), naik dibandingkan Oktober yang sebesar 0,20 persen (mtm). Secara tahunan, inflasi Kota Malang tercatat di level 1,22 persen (yoy) atau 0,89 persen (ytd), tetap berada dalam rentang target nasional.

Kelompok makanan, minuman dan tembakau menjadi penyumbang inflasi dengan andil 0,17 persen (mtm). Disusul kelompok transportasi (0,12 persen mtm) dan perawatan pribadi (0,05 persen mtm).

“Berdasarkan komoditasnya, inflasi terbesar dipicu oleh kenaikan harga komoditas bawang merah (0,11 persen), emas perhiasan (0,05 persen). Kemudian daging ayam ras (0,05 persen), tomat (0,03 persen), dan minyak goreng (0,01 persen),” urai Febrina.

Lebih lanjut, Febrina menjelaskan, kenaikan harga bawang merah dan tomat terjadi karena masa panen hortikultura yang telah usai. Harga daging ayam naik akibat mahalnya pakan unggas. Begitu juga minyak goreng terdampak kenaikan harga CPO global dan berakhirnya kebijakan Domestic Market Obligation (DMO)

“Sementara emas mengalami kenaikan seiring situasi geopolitik global yang belum stabil,” kata Febrina.

Namun, inflasi lebih tinggi berhasil tertahan oleh deflasi pada beras (-0,03 persen), cabai rawit (-0,02 persen) kentang (-0,02 persen). Kemudian cabai merah (-0,02 persen), dan pisang (-0,02 persen). Deflasi tersebut berkat pasokan yang melimpah dari sentra produksi.

Untuk menjaga inflasi tetap dalam sasaran 2,5 ± 1 persen (yoy), TPID bersama BI akan memperkuat Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan program 4K. Yaitu keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif.

“Melalui sinergi yang solid, Kota Malang optimis menghadapi tantangan inflasi. Memastikan stabilitas ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat tetap terjaga,” tegas Febrina. (aan/mzm)

disclaimer

Pos terkait