Program ‘FeminisThemis Academy 2024’ Upaya untuk Hilangkan Diskriminasi kepada Perempuan Tuli

Program ‘FeminisThemis Academy 2024’ Upaya untuk Hilangkan Diskriminasi kepada Perempuan Tuli
Kegiatan ‘FeminisThemis Academy 2024’ di MCC 2 (foto:wul)

Malang, SERU.co.id – FeminisThemis mengelar program ‘FeminisThemis Academy 2024’ di tiga daerah di Indonesia. Kegiatan yang digelar untuk menyambut jelang peringatan Hari Bahasa Isyarat Internasional tersebut juga bertujuan untuk mengedukasi tentang hak perempuan Tuli untuk hidup lebih aman, adil, dan setara. Melalui pengetahuan tentang hak kesehatan seksual dan reproduksi.

Co-Founder FeminisThemis, Nissi Taruli Felicia menjelaskan, ini adalah salah satu program untuk memberi wadah kepada para sahabat tuli agar memiliki kesetaraan dan menghilangkan diskriminasi di lingkungan.

“Sebenarnya banyak sekali program-program yang diberikan oleh Felicia. Yang berfokus pada kesehatan reproduksi kesetaraan gender dan sebagainya. Untuk menyetarakan, atau kesetaraan gender untuk menghapus atau menghilangkan diskriminasi. Dan juga kekerasan seksual juga dihapuskan,” seru Nissi, Sabtu (21/9/2024) saat menggelar kegiatan di Malang Creative Center (MCC).

Program ‘FeminisThemis Academy 2024’ Upaya untuk Hilangkan Diskriminasi kepada Perempuan Tuli
Kegiatan ‘FeminisThemis Academy 2024’ di MCC.(foto:wul)

Diketahui, kegiatan tersebut digelar di kota-kota besar di Indonesia, seperti Bandung, Yogyakarta juga Malang. Saat di Malang, kegiatan keren tersebut digelar di MCC diikuti oleh puluhan peserta dari beberapa pihak terutama para teman-teman tuli.

Selanjutnya Nissi membeberkan, salah satu cara penyetaraan gender tersebut adalah memulainya dari masyarakat dulu yang merupakan akar.

“Caranya mulai dari grassroots, akar rumput dari masyarakat dulu untuk bisa mengedukasi kesetaraan gender, kesehatan reproduksi untuk komunitas tuli dan juga bisa mengetahui. Bahwa ada lho namanya konsen, peserujuan, anatomi tubuh dan sebagainya, jadi kami melihat hal tersebut,” tuturnya.

Komisioner Komisi Nasional Disabilitas RI (KND RI), Dr. Rachmita Maun Harahap, S T, M Sn menjelaskan, secara hukum, perempuan dengan disabilitas berhak mendapatkan perlindungan yang lebih dari tindak kekerasan. Termasuk juga kekerasan dan eksploitasi seksual, mengingat para sahabat tuli ini sangat beresiko mendapatkan perlakuan tersebut.

“Mereka memiliki kerentanan berlapis pada kekerasan serta diskriminasi. Tugas dan fungsi KND RI adalah terus melakukan pemantauan, evaluasi dan advokasi terhadap pemenuhan hak penyandang disabilitas di Indonesia. Termasuk hak para perempuan Tuli untuk mendapatkan hak edukasi kesehatan seksual dan reproduksi,” bebernya.

Diketahui wanita hebat yang juga dosen di salah satu universitas tersebut merupakan penyandang tuna rungu dan wicara. Dirinya menjelaskan, jika seluruh upaya tersebut membutuhkan dukungan dari berbagai pihak.

Dirinya sangat bangga dan senang dengan misi yang dilakukan komunitas Feminis Themis untuk menciptakan komunitas feminis yang inklusif dan edukatif bagi individu Tuli. Agar dapat melawan ketidakadilan serta memperjuangkan keadilan gender.

“Hari Bahasa Isyarat Internasional ini jadi momentum yang baik untuk menguatkan komitmen semua pihak dalam mewujudkan dunia yang lebih adil, beragam dan inklusif,” tuturnya. (wul/ono)

disclaimer

Pos terkait