Malang, SERU.co.id – Rumah Sakit (RS) Hermina Malang akhirnya memberikan klarifikasi terkait kasus meninggalnya Wahyu Widiyanto. Pihak RS membantah pernyataan tidak melakukan pemeriksaan dan penanganan hingga pasien meninggal dunia. Menurutnya, ada mis-komunikasi dan pihak RS sudah menyiapkan tempat tidur (bed).
Wakil Direktur RS Hermina Malang, Yuliani Ningsih MKes mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan penanganannya. Hanya saja perlu konfirmasi dan butuh waktu. Pasalnya, saat itu ada 3-5 pasien yang harus duduk dan perlu ditransfer.
“Kalau ada informasi kami menolak pasien itu kurang tepat. Saat pasien datang ke sini, kondisinya memang sudah kritis dan kami sedang menyiapkannya. Kami pun berkoordinasi terkait pasien mana yang bisa ditransfer ke ICU,” seru Yuli, sapaan akrabnya kepada awak media dan anggota DPRD Kota Malang Arief Wahyudi, Selasa (12/3/2024).
Baca juga: Wali Kota Malang Apresiasi RS Hermina Baksos Operasi Gratis MOW dan Bibir Sumbing
Lebih lanjut, Yuli mengungkapkan, kalau bed turun maka harus ada pasien yang digeser. Untuk menggeser pasien lain harus koordinasi terkait kondisi pasien stabil atau belum untuk dipindahkan. Ketika sudah stabil, pasien dari IGD digeser ke ICU.
“Kalau sudah di ICU, kami juga harus menyiapkan peralatan beserta kelayakannya. Saat itu, di IGD sudah ada 15-21 orang, padahal kapasitasnya seharusnya hanya untuk 10 pasien. Dalam kondisi emergency, kita bisa melakukan pemeriksaan di lantai, tapi apakah itu manusiawi saat orang lain duduk?” bebernya.
Pihaknya mengaku, tidak tinggal diam dan dokternya sudah memeriksa korban. Hanya saja saat itu, dokter tersebut memakai pakaian biasa dengan membawa stetoskop. Diketahui, pasien dengan kondisi koma dan perlu penanganan segera.
“Dokter sudah melakukan pemeriksaan pupil dan masih bernapas, tapi memang tidak stabil. Intinya sudah diobservasi dan saat proses mencari tempat tidurnya, ternyata sudah dibawa ke RS Saiful Anwar. Kalau dokter kita tidak periksa darimana tahu kalau pasien sudah koma, butuh bed dan harus emergency?” terangnya.
Menurutnya, saat emergency semua tindakan harus dilakukan dengan berbaring dan rata. Namun kesalahannya, pihak rumah sakit tidak menginformasikannya.
Sementara itu, relawan ambulans Estehangat, Rizki Raharjo menuturkan, pihaknya tiba di RS Hermina pukul 18.00 membawa korban kecelakaan. Kemudian berinisiatif menurunkan korban kecelakaan ke kursi roda dan bersedia mengantar korban Wahyu Widiyanto ke RSSA.
“Dari perawat saya dengar kalau rumah sakit penuh dan bed juga. Terus saya panggil bentornya dan saya suruh masuk ke ambulans untuk dibawa ke RS Saiful Anwar. Saya cek kadar oksigennya memang rendah,” ujar Rizki.
Baca juga: Diskominfo Kota Malang Targetkan Transisi ke TV Digital Sesegara Mungkin
Rizki juga mengaku, dirinya memeriksa saturasi sudah dibawah normal dan dokter RS Hermina membantu mengecek namun dugaannya sudah tidak ada (meninggal). Namun dirinya tetap membawa ke RS Saiful Anwar agar bisa mendapatkan pertolongan dan dicek langsung.
“Perawatnya bilang se-emergency apa bapaknya, sehingga keluarga langsung mundur semua. Pasien kurang lebih 10 menit tidak diperiksa dan tidak ditangani sama sekali. Kemungkinan sudah meninggal di luar IGD RS Hermina,” tegasnya.
Sesampainya di lobby RS Saiful Anwar, para dokter langsung keluar dan mengecek pasien. Diketahui pasien sudah meninggal dunia sekitar 5-10 menit lalu, diduga meninggal saat di luar IGD RS Hermina. Setelah diperiksa, diketahui pasien menderita diabetes kering.
Sementara anak pertama almarhum, Romadhony menyampaikan, saat menunggu lama, ada dokter atau perawat datang memeriksa. Dokter atau perawat tersebut datang memeriksa mata dan tidak berkata apa-apa.
“Kemudian dokternya balik lagi ke ruangan dan Bapak sudah dibawa relawan ambulans. Tidak ada stetoskop ditempel di dada, tapi hanya memeriksa pupil mata dan denyut nadi. Penanganan dari rumah sakit hanya itu dan kita tidak dikonfirmasi apa-apa bahkan tidak dikasih ambulans,” cerita Dhony.
Terakhir, Dhony dan keluarga mengaku sudah mengikhlaskan. Hanya saja, pihaknya menyayangkan pihak rumah sakit tidak ada minta maaf.
“Kita tidak mau urusannya panjang, karena almarhum juga pasti tidak akan tenang,” tutupnya. (afi/rhd)