Pameran ‘Kesana Kemari’ Ajak Pengunjung Jelajahi Lanskap Kota Malang

Salah satu pengunjung berfoto di depan sepeda Starling. (Seru co.id/afi) - Pameran 'Kesana Kemari' Ajak Pengunjung Jelajahi Lanskap Kota Malang
Salah satu pengunjung berfoto di depan sepeda Starling. (Seru co.id/afi)

Malang, SERU.co.id – Mahasiswa Antropologi Universitas Brawijaya (UB) angkatan 2021 gelar pameran ‘Kesana Kemari’ bertema ‘Urban Mobilization’. Para pengunjung diajak menjelajahi lanskap Kota Malang lewat tema tahu bulat, Bentor, Starling, seniman jalanan, bakso Malang dan Macito. Pameran tersebut dibuka untuk umum mulai Senin hingga Jumat (4-8/3/2024) di ruang pameran FIB A UB.

Ketua Koordinator Pameran ‘Kesana Kemari’, Nisrina Naila mengatakan, visualisasi yang dipamerkan merupakan hasil penelitian etnografi di Kota Malang. Penelitian tersebut dilakukan dari Agustus hingga Desember 2023 untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif.

Bacaan Lainnya

“Kami ingin mencari tahu dan menunjukkan kepada semua orang bagaimana sih mobilitas orang-orang di Kota Malang. Makanya kami buat seperti narasi, jadi ceritanya kita datang ke Kota Malang dan ingin makan, salah satunya tahu bulat. Setelah makan, kita haus dan minum di Starling, kemudian keliling kota dengan Becak Motor (Bentor) dan tiba di Kayoetangan menikmati atraksi seniman jalanan,” seru Naila, sapaan akrabnya.

Baca juga: Guru TK Kasus Pinjol Niat Selesaikan Sisa Pinjaman ke Sekolah

Kemudian, setelah menikmati berbagai hiburan di Kayoetangan, wisatawan akan makan bakso khas Malang. Dimana bakso Malang sudah menjadi identitas Arek Malang (Arema) dan uniknya dipikul dan berpindah-pindah. Kemudian, Malang City Tour (Macito) sebagai wujud nyata Pemkot Malang mendukung pariwisata di Kota Malang.

“Narasi tersebut menggambarkan mobilisasi urban di berbagai sudut Kota Malang. Ada tahu bulat, jajanan populer yang dibawa dari Tasikmalaya ke bumi Arema. Kemudian Bentor yang berdiri di antara dua sisi mata uang, bertahan atau menyerah di tengah gempuran ojek online. Ternyata, Bentor masih terus eksis bagi mereka yang belum paham penggunaan ojol,” terang perempuan cantik asal Aceh tersebut.

Selanjutnya Starbucks Keliling (Starling), kelompok rentan digusur yang sering dianggap hama di kawasan elite. Begitu juga dengan seniman jalanan Kayoetangan, mandiri dan jarang dapat perlindungan sosial dari pemerintah. Kemudian bakso Malang dan Macito yang identik dengan perpindahan.

“Terakhir para pengunjung disediakan kertas untuk menuliskan pesan dan kesannya setelah berwisata lewat pameran ini. Akhirnya kita berharap bisa nunjukin kepada banyak orang, di Kota Malang ada loh orang-orang yang jarang disorot. Begitu juga dengan penelitian etnografi bisa disajikan dengan visualisasi pameran dan tidak hanya dalam bentuk tulisan,” pungkasnya.

Baca juga: Target 20 Persen, UB Kukuhkan Empat Gubes dari FP FISIP FEB

Salah satu pengunjung, Muhammad Riyan mengaku terkesan dengan pameran yang dibuat cukup teliti dengan jangka waktu relatif singkat.

“Pemilihan tema tentang Kota Malang membuat pameran ini menarik. Sehingga pengunjung, baik masyarakat asli maupun pendatang bisa lebih mengenal urbanisasi di Kota Malang,” tutup Riyan. (afi/mzm)

disclaimer

Pos terkait