Budayawan Batu: Ada 5A Potensi Wisata Yang Bisa Digarap

budayawan batu didik sumintardjo
budayawan batu didik sumintardjo

Batu, SERU.co.id – Tidak dipungkiri, Kota Batu sudah terkenal se-antero nusantara sebagai Kota Wisata. Puluhan destinasi wisata setiap hari mengeruk keuntungan dari kunjungan wisata. Secara umum, wisata di Kota Batu terbagi menjadi dua jenis yaitu wisata alam dan wisata buatan.

Menurut Budayawan Batu, Didik Sumintardjo, potensi wisata di Batu yang bisa lebih gencar digarap adalah 5A. Yakni air (udara), altitude (ketinggian), art (kesenian), agriculture (pertanian) dan adventure (jelajah). Kelima potensi tersebut merupakan keunggulan yang bisa dijual kepada wismus maupun wisma.

“Batu punya ‘air’ atau udara yang segar. Itu  harus ditetapkan. Ini benar-benar menjadi daya tarik wisatawan datang ke Batu,” serunya.

Didik melanjutkan, yang kedua adalah altitude atau ketinggian. Dengan panorama alam Batu yang berada diatas ketinggian, wisatawan bisa  mengeksplor lebih luas lagi. Yang ke 3 adalah agriculture atau pertanian.

“Mungkin kita setiap hari ketemu orang ngirim sayur dari sawah, orang panen, tapi buat orang di luar batu belum tentu tahu. Paling tidak bisa merasakan bagaimana beraktivitas seperti petani,” tuturnya.

Didik juga menyebutkan, potensi Kota Batu yang keempat adalah Art, salah satunya adalah banyak entertainer seperti penyanyi lokal Batu yang bersuara bagus.  Dari seni rupa Kota Batu juga memiliki banyak perusahaan dengan hasil seni yang bernilai tinggi. Sementara untuk seni tradisionalnya juga sudah terbilang cukup bagus.

“Kelima adalah Adventure. Dengan topografi seperti ini  kita bisa melakukan kegiatan hiking, melihat pedesaan, ada juga trail dan lain sebagainya,” imbuhnya.

Didik berharap, potensi ini bisa di baca oleh warga Batu sendiri. Warga Batu bisa menghadirkan destinasi wisata baru dengan menghadirkan 5A sesuai dengan wilayahnya. Salah satunya bisa dikelola melalui badan usaha milik desa (Bumdes).

Hadirnya destinasi wisata baru tidak menjadikan saingan baru bagi obyek-obyek wisata yang didirikan perusahaan kapital. CSR yang dimiliki oleh perusahaan besar, bisa  membantu obyek-obyek kecil yang hadir, karena ini juga akan mendukung artifisial yang ada.

“Seharusnya CSR dari perusahaan  bisa membantu apa dulu. Jadi jangan takut bersaing semakin banyak yang datang. Semua juga kembali kepada kesadaran masyarakat dan juga ada goodwill dari pemerintah,” pungkasnya. (dik/ono)


Baca juga:

 

 

disclaimer

Pos terkait