• Pelajari Soekarno agar kompatibel jaman
Kota Malang, SERU – Menyoal pemikiran Soekarno, presiden pertama Indonesia, memang unik, futuristik, dan kharismatik. Karena hingga saat ini, pondasi yang dibangun untuk Indonesia, adalah hasil karya pria kelahiran Blitar, Jawa Timur itu.
Mempelajari pola pikir Soekarno, termasuk sebagai upaya agar mahasiswa bisa kompatibel dengan perkembangan jaman. ”Jadi dengan membedah pemikiran Soekarno, kita tidak sekadar sarasehan sejarah. Lebih dari itu, kita mempelajari bagaimana sang presiden pertama itu bisa menjadi sosok yang paling berpengaruh. Agar kompatibel dengan jaman, anda harus mengetahui bagaimana Soekarno. Karena banyak kejadian saat ini, adalah skenario yang disusun di masa lalu,” ujar Rektor IKIP Budi Utomo (IBU), Dr H Nurcholis Sunuyeko, saat membuka acara Sarasehan Sejarah di di kampus C, Jalan Citandui, Sabtu (30/11/2019).
Bertemakan “Membedah Pemikiran Soekarno”, sarasehan yang diinisiasi Prodi Pendidikan Sejarah dan Sosiolosi IBU, diikuti ratusan mahasiswa dari berbagai fakultas.
“Kenapa harus Soekarno? Karena Bung Karno bukan sekadar tokoh nasional. Tapi sudah melegenda hingga manca negara. Kemampuannya menguasai sembilan bahasa, memungkinkan Bung Karno, berinteraksi dengan dunia internasional di tengah keterbatasan Indonesia saat itu,” seru Nurcholis.
Wajar jika pola pikir Soekarno, berpengaruh pada presiden-presiden selanjutnya. Termasuk Soeharto, yang menjadi presiden penggantinya.
”Dua presiden berpengaruh di Indonesia, Soekarno dan Soeharto. Keduanya peletak pondasi bangsa ini. Terlepas dari sisi negatif yang mengiringi,” imbuh Nurcholis.
Meski demikian, Rektor IBU meminta agar saat mempelajari pola pikir Soekarno, harus tetap mengedepankan pemikiran akademisi. Bukan hanya didasari cinta semata. Yang justru bisa menutup netralitas dan keilmuan. ”Soekarno hanya sekali lahir dan tak tergantikan. Tapi pemikir-pemikir lain, dengan warna Soekarno, akan terus lahir,” tandas Nurcholis.
Selain Nucholis, turut memberikan pemaparan sejarah dalam sarasehan tersebut, adalah Dr Ibnu Mujib. Diharapkan setelah Soekarno, sarasehan akan berlanjut dengan membedah tokoh-tokoh yang lain. (rhd)