Kota Malang, SERU – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI (Menko PMK), Muhadjir Effendy, memberikan tanggapannya terkait dipulangkannya atlet Sea Games cabor senam lantai putri asal Kediri, lantaran diduga tidak perawan.
“Kalau apa yang dilakukan pelatih itu benar, harus melakukan tes-tes tertentu yang tidak ada kaitannya dengan misi atau maksud dari kegiatan yang dilakukan atlet, maka itu suatu yang mengada-ada. Dan sangat tidak patut dilakukan oleh seorang pelatih,” seru Muhadjir, usai orasi ilmiah, di Dome UMM, Sabtu (30/11/2019) siang.
Menurutnya, sebaiknya hal tersebut ditelusuri mengapa hingga terjadi seperti itu. Muhadjir menyatakan juga ikut kecewa, lantaran hal itu telah menyumbat peluang seseorang yang bakal memiliki prestasi, terlebih di ajang Sea Games. “Ya siapa tahu dia punya potensi menyumbangkan prestasi, bukan hanya untuk dirinya namun juga kebanggaan bangsa dan negara,” masygul mantan Mendikbud ini.
Muhadjir menyatakan, kewenangan tersebut dibawah Kemenpora, yang notabene masih dibawah koordinasinya selaku Kemenko PMK. “Saya serahkan kewenangannya kepada Menpora. Saya yakin keputusannya bijak. Semestinya (tes keperawanan, red) tidak ada itu. Apa urusannya tes keperawanan dengan senam? Jangan mengada-ada. Coba dipelajari, mungkin ada (motif, red) sesuatu di balik tes itu,” tandasnya.
Sebelumnya, diberitakan Shalfa Avrila Siani (17), dipulangkan oleh pelatih dari pemusatan pelatihan senam Sea Games di Gresik. Alasannya, Shalfa dituding sudah tak perawan. Tentunya, alasan pemulangan tersebut membuat orang tuanya meradang. Terlebih, Shalfa terbukti masih perawan saat menjalani pemeriksaan di rumah sakit, sebagai upaya pembuktian atas tudingan itu.
“Bu, minta maaf, ini Shalfa harus pulang sekarang karena itu, Bu, dia sering keluar malam. Ini kelihatannya anaknya selaput daranya sudah sobek, seperti orang diperkosa,” ujar Ayu Kurniawati, orang tua Shalfa menirukan ujaran sang pelatih, seperti dilansir detikcom, Sabtu (30/11/2019).
Menpora Zainudin Amali telah menanggapi masalah keperawanan atlet ini. Menurutnya, hal itu berkaitan dengan privasi dan kehormatan seseorang. Masalah keperawanan tak ada hubungannya dengan prestasi. “Karena ini selain masalah privasi dan kehormatan seseorang, juga tidak ada hubungannya dengan soal prestasi,” tegas Zainudin.
Zainudin mengatakan kasus pemulangan Shalfa tak berhubungan dengan keperawanan. Namun Shalfa dipulangkan karena masalah indisipliner. “Yang benar, kata Pak Indra (pelatihnya yang di Jatim) bahwa atlet tersebut indisiplin dan kurang fokus dan berdampak prestasi menurun. Sehingga diputuskan pelatihnya tidak disertakan di Sea Games. Dan digantikan oleh atlet lain yang peringkatnya jauh lebih tinggi,” tandas Zainudin.
KONI Jatim juga mengamini pernyataan Menpora. Ketua Harian KONI Jatim, M Nabil, mengatakan, pihaknya telah menerima laporan pelatih timnas. Laporan itu menyebut pencoretan Shalfa dilakukan karena remaja 17 tahun ini melakukan tindakan indisipliner, bukan soal keperawanan. “Jadi intinya tidak karena status keperawanan. Jadi ini soal kedisiplinan, terutama soal prestasi, karena masing-masing cabang olahraga ada standar masing-masing,” kata Nabil.
Namun Nabil tetap mempertanyakan dari mana isu tak perawan itu muncul. Pihaknya berjanji akan menelusuri siapa yang memunculkan isu heboh tersebut. “Makanya itu yang saya belum tahu, itu bagian dari persoalan saja. Makanya saya berpikir sebenarnya tidak mungkin anak ini melawan dengan barang bukti keperawanan, kalau tidak ada tuduhan seperti itu,” sesal Nabil. (rhd)