Jakarta, SERU.co.id – BMKG memperingatkan potensi cuaca ekstrem selama periode Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru) seiring aktifnya sejumlah fenomena atmosfer yang dapat memicu hujan lebat dan angin kencang. Kondisi ini diperkirakan berdampak pada mobilitas masyarakat di berbagai wilayah Indonesia yang tengah memasuki puncak musim hujan. Mengantisipasi risiko tersebut, BMKG memperkuat sistem peringatan dini dan koordinasi lintas sektor transportasi.
Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani mengungkapkan, periode Nataru tahun ini bertepatan dengan aktifnya sejumlah fenomena atmosfer secara bersamaan. Monsun Asia, Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang atmosfer, hingga pengaruh La Nina Lemah dan Indian Ocean Dipole (IOD) Negatif. Diprakirakan meningkatkan risiko hujan lebat, angin kencang dan gelombang tinggi di berbagai wilayah Indonesia.
“Curah hujan dengan intensitas tinggi hingga sangat tinggi, mencapai 300–500 mm per bulan. Berpotensi terjadi di Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian Sulawesi Selatan, Papua Selatan dan Kalimantan yang tengah berada pada puncak musim hujan,” seru Faisal, dikutip dari website resmi BMKG, Selasa (23/12/2025).
Selain itu, BMKG juga memantau Bibit Siklon Tropis 93S di Samudra Hindia. Meski bergerak menjauhi wilayah Indonesia, bibit tersebut berpotensi berkembang menjadi siklon tropis dalam waktu dekat. Dapat menimbulkan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca nasional.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto menjelaskan, disiapkan dukungan informasi cuaca komprehensif bagi sektor transportasi darat, laut dan udara. Yakni layanan terintegrasi dan siap digunakan oleh para pemangku kepentingan. Yakni Digital Weather for Traffic (DWT), Indonesia Weather Information for Shipping (INAWIS) dan System of Interactive Aviation Meteorology (INA-SIAM).
“Melalui INA-SIAM, prakiraan dan peringatan dini penerbangan, termasuk potensi hujan lebat, badai petir hingga siklon tropis. Informasi ini memungkinkan pilot mengambil langkah mitigasi. Seperti melakukan manuver penghindaran atau memilih bandara alternatif,” ungkapnya.
Sementara itu, layanan INAWIS dilengkapi dengan safety score yang telah terhubung dengan Kementerian Perhubungan. Operator pelayaran perlu meningkatkan kewaspadaan jika safety score berada di bawah angka 50. Hal itu menunjukkan kondisi gelombang dan angin berbahaya.
Sebagai langkah konkret pengurangan risiko bencana hidrometeorologi, BMKG bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga menggelar Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di sejumlah wilayah rawan. Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto menyampaikan, OMC telah dilaksanakan di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Lampung, Jawa Barat dan Jawa Timur.
“Di Jawa Timur, sejak 5 Desember telah dilakukan 32 sorti penerbangan yang mampu menurunkan curah hujan hingga 26,01 persen. Sementara di Lampung, 14 sorti sejak 15 Desember berhasil mengurangi curah hujan sebesar 33,06 persen,” paparnya.
Di sisi kebijakan, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono menegaskan, komitmen pemerintah dalam menjamin keamanan dan kenyamanan masyarakat selama arus Nataru. Pemerintah menginstruksikan, integrasi data cuaca BMKG secara real-time ke seluruh moda transportasi.
“Keselamatan adalah prioritas utama. Apalagi pergerakan penumpang ke wilayah Indonesia Tengah dan Timur diprediksi mencapai hampir 80 persen,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan, apresiasi atas peran strategis BMKG dalam menyediakan informasi cuaca akurat dan tepercaya. Sejalan dengan arahan Presiden agar seluruh pihak meningkatkan mitigasi dan kewaspadaan cuaca ekstrem akhir tahun. (aan/mzm)








