Malang, SERU.co.id – Kesibukan sebagai seorang teknisi Kereta Api (KA) Daop 8 Surabaya tak membuat Hamim Junaidi melupakan hobinya merawat tananam. Bahkan karena hobinya itu, warga Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang memiliki pundi-pundi lain yang menghasilkan rupiah. Berawal dari iseng, lelaki berusia 33 tahun tersebut membudidaya tumbuhan tanduk rusa yang kini memiliki harga hingga ratusan juta rupiah.
Lelaki yang kerap disapa Hamim itu mengatakan, sebelum dirinya menanam dan membudidayakan tumbuhan tanduk rusa, terlebih dahulu Hamim membudidaya tumbuhan anggrek. Menurutnya anggrek dan tanduk rusa memiliki karakter yang hampir mirip.
“Awalnya itu dari hoby, awalnya saya bertani dari anggrek. Ini sih anggrek dan tanduk rusa punya tipikal karakter yang sama. Sama-sama tanaman endemik cuma bedanya di tanduk rusa itu tidak berbunga, tapi bisa dinikmati dari karakter daunya,” seru Hamim.
Baca juga: Bukti Cinta Puspa dan Satwa, Khofifah Tanam Pohon dan Lepas Satwa Liar di UB Forest
Saat ditemui SERU.co.id di rumahnya, Hamim menuturkan, pertama kali dirinya mendapatkan bibit tanduk rusa tersebut juga karena tidak disengaja. Awalnya ia membeli bibit anggrek di salah satu temannya, namun pada media tanam anggrek tersebut terdapat spora tanduk rusa juga. Karena penasaran dirinya pelajari dan mencoba rawatnya.

Spora merupakan salah satu inti sel yang fungsinya berubah menjadi alat perkembangbiakan. Spora tergolong ke dalam perkembangbiakan tumbuhan secara vegetatif alami.
Dari situlah Hamim mulai membudidayakan tumbuhan itu dan menambah berbagai koleksi tanduk rusa di kebunnya. Ia mengaku, mendapatkan berbagai spesies tanduk rusa berasal dari seluruh wilayah di Indonesia.
Dirinya menjelaskan, pada awalnya tanduk rusa ini adalah tumbuhan yang tidak memiliki nilai ekonomis. Namun sejak bulan Juli 2023 ini, mulai banyak yang melirik pada keelokan tumbuhan itu, sehingga harganya juga cukup fantastik.
Untuk kisaran harga tanduk rusa yang Hamim jual, dirinya bandrol mulai dari Rp100-an ribu hingga puluhan juta.
“Untuk harga paling tinggi di kebun saya menyentuh harga Rp20 juta, mungkin di luar kebun saya kolektor-kolektor lain ada yang sampai Rp50 juta, bakhan ratusan juta. Ini untuk jenisnya wilinski yang terakhir ini wilinski. Untuk jenis wilinski yang mutasi-mutasi tertentu itu memang langka ya, jadi harganya bisa sampek ratusan juta,”terangnya.
Selain harganya yang menggiurkan, peminat tumbuhan yang memiliki nama latin Platycerium itu juga berada dari berbagai wilayah dan juga negara.
“Untuk pasarnya, yang terbanyak untuk tanduk rusa di Bali ya. Bali, terus sekarang sudah merambah di Jawa dan seluruh Indonesia mulai. Untuk di pasar luar negeri yang jenis wilinski yang bayak digemari di Taiwan, kaya di Jepang dan Thailand,” sebut Hamim.
Dikatakan oleh Hamim, tumbuhan yang juga dikenal sebagai Simbar Menjangan ini memilik 18 spesies yang tersebar di seluruh dunia. Indonesia merupakan negara dengan spesies tanduk rusa terbanyak di dunia yakni sebanyak 7 spesies.
18 tersebut meliputi, Platycerium ridleyi, Platycerium Wandae, Platycerium Grande, Platycerium Madagascariense, Platycerium Coronarium. Selanjutnya Platycerium Willinckii, Platycerium Superbum, Platycerium Holttumii, Platycerium Quadridichotomum, Platycerium Elephantotis. Platycerium Andinum, Platycerium Bifurcatum, Platycerium Stemaria, Platycerium Veitchii, Platycerium Hillii, Platycerium Ellisii dan Platycerium Alcicorne.
Menurut Hamim, dirinya bersama anggota komunitas tanduk rusa di Malang bersepakat untuk terus melestarikan tumbuhan liar ini agar tidak punah.
“Untuk komunitas Tanduk Rusa sudah memulai untuk mengumpulkan jenis-jenis asli Indonesia, untuk kita konservasi, dikembangkan ke alamnya. Kita jaga, kita bududaya disini, supaya yang punya nilai ekonomis tinggi ini bisa muncul dari Indonesia, bukan dari luar negeri,” tuturnya.
Baca juga: Ditemukan Satu Rusa Mati Dampak Dari Kebakaran Hutan Gunung Arjuno
Untuk perawatannya sendiri, Hamim menyebut tumbuhan ini tergolong tidak begitu sulit dan tidak mudah juga. Dimana harus mendapatkan asupan air dan juga sinar cahaya matahari yang cukup serta lebih menyukai lokasi yang lembab. Selain itu pertumbuhannya juga tergolong lama. Untuk mendapatkan hasil setidaknya membutuhkan proses hingga bertahun-tahunan.
“Tanduk Rusa itu suka lembab, tapi gak suka basah banget untuk kebutuhan sinar matahari bisa ditaruh di bawah naungan, seperti di bawa paranet, atau di bawa pepohonan. Tapi tetap mendapatkan sinar matahari, untuk penyiraman bisa dilakukan 2 hari sekali, dengan siram yang sangat kenyang. Kalau disiram setiap hari terlalu basah rawan busuk,” ucap Hanim. (wul/ono)
View this post on Instagram