• Diperkirakan masih ada gelombang pengungsi lainnya
Kota Malang, SERU
Ratusan korban kerusuhan Wamena, Papua, tiba di Lanud Abd Saleh, Malang, Rabu (2/10/2019) pukul 15.00 WIB. Rombongan pengungsi tersebut merupakan warga asal sejumlah daerah di Jawa Timur, seperti Surabaya, Madura, Pasuruan, Probolinggo, dan Jember, yang diterbangkan menggunakan pesawat Hercules A-1305 milik Lanud Abdulrachman Saleh, dengan rute satu kali penerbangan dari Jayapura – Biak – Ambon – Makassar – Lanud Abdulrachman Saleh.
Usai tiba di Lanud Abd Saleh, selanjutnya rombongan pengungsi sebanyak 122 orang, meliputi 107 orang dewasa dan 15 anak-anak, dikoordinir di kantor Bakorwil Jatim Malang, jalan Simpang Ijen, Kota Malang, untuk kembali didata dan diantar kembali menggunakan bus ke daerah asalnya masing-masing.
Disela-sela pendataan, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, berdialog dan menanyakan kondisi para pengungsi. Khofifah mengajak sholawat burdah agar warga perantauan ini makin tenang. “Alhamdulillah masih ada wajah ceria saat sudah sampai di tanah Jawa. Mari kita mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kita keselamatan. Semoga setelah cobaan dan ujian keimanan ini, Allah memberikan banyak rezeki dari mana saja,” hibur politisi PKB ini.
Sebelumnya, para pengungsi ini berhasil dievakuasi menuju Jayapura, pasca insiden Senin (23/9/2019). Selama beberapa hari mereka mengungsi di kamp pengungsian yang tersebar di 59 titik, seperti pangkalan TNI AU, Kodim, Koramil, Polres, gedung pemerintah dan tempat ibadah.
Seperti dituturkan, Ahmad Suja, warga asal Probolinggo, yang tinggal di jalan Pattimura, Wamena, menyebut keadaan disana sangat mencekam. Beruntungnya saat kejadian, dirinya bersama istri dan satu orang anaknya, berhasil menyelamatkan diri ke Koramil. “Alhamdulillah, saya satu keluarga selamat. Saat kerusuhan saya langsung lari ke Koramil, pokok aman dulu. Semua saya tinggalkan, motor, perabotan, rumah, dan lainnya. Ya cuma yang menempel di badan ini saja. Rumah dan motor dibakar,” cerita pria yang berprofesi sebagai tukang ojek ini.
Lain halnya, Ahmad, warga asal Tanggul, Jember, yang baru menginjakkan kaki di Wamena sejak 3 September lalu. Dirinya mengaku baru membeli motor seken warga setempat untuk berprofesi menjadi tukang ojek. Sayangnya saat kerusuhan motornya dibakar. “Waktu itu saya sedang ngojek. Tahu ada kerusuhan saya sembunyi di semak-semak. Saya tahu motor saya dibakar, tapi takut. Saya menyelamatkan diri ke kos teman, ternyata juga dibakar. Lari ke kos ambil sedikit barang. Baru masuk eh rumah dikepung. Saya bersembunyi di atap. Takut dibakar, saya loncat dari plafon terus lari ke mobil tentara,” cerita Ahmad.
Dituturkannya, yang diserang adalah orang-orang kulit putih dan pendatang. “Meski orang Papua, kalau bukan orang Wamena ikut diserang. Tetangga saya orang Sorong, juga diserang. Infonya, sebagian pendemo itu OPM. Mereka mengajak dan menyusup diantara anak-anak sekolah dan kuliah,” beber pria yang mengaku diterbangkan dari Jayapura pada Selasa (1/10/2019) sore. (rhd)