Harga Panen Tebu Anjlok, Peternak Kambing Khawatirkan Minat Kurban Menurun

Kambing gibas milik salah satu peternak di Desa Kebobang, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang. (wul) - Harga Panen Tebu Anjlok, Peternak Kambing Khawatirkan Minat Kurban Menurun
Kambing gibas milik salah satu peternak di Desa Kebobang, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang. (wul)

Malang, SERU.co.id – Para peternak dan penjual kambing khawatirkan minat berkurban masyarakat menurun pada Iduladha 1444 H ini. Pasalnya, saat perayaan hari besar umat Islam ini berbarengan dengan anjloknya harga tebu saat musim giling tahun ini. Turunnya harga tebu seperti tahun tahun sebelumnya berdampak pada daya beli masyarakat Kabupaten Malang untuk membeli kambing.

Salah satu penjual kambing di wilayah Gondanglegi Kabupaten Malang, Hermanto (65) menuturkan, baru saja dirinya dan para penjual lainnya bernafas lega dari wabah PMK yang sempat menghantui perputaran ekonomi dari penjualan hewan ternak itu. Kini harga tebu yang turut merosot juga berdampak pada mereka, mengingat banyak pelanggannya yang berprofesi sebagai petani tebu.

Bacaan Lainnya

“Kami peternak di Kabupaten Malang, penghasilannya bisa diprediksi dari penghasilan petani. Kalau petani, terutama petani tebu makmur kita pasti juga makmur. Karena pembeli kita dari petani, berbeda dengan peternak atau penjual hewan kurban di kota,” serunya, Selasa (20/06/2023).

Hermanto menjelaskan, berdasarkan prediksinya pada musim panen kali ini hasil panen para petani tebu mengalami penurunan dibanding musim sebelumnya. Mengingat dari intensitas dan musim hujan yang cukup panjang, sehingga berpotensi pada hasil panen yang tidak maksimal.

“Tapi kelihatannya ini harga tebu merosot, karena tebunya gak terlalu panjang. Jadi kurang dari kepanjangan tebu karena musim hujannya terlalu panjang, jadi tebu jelek. Kalau petani rugi pedagang hewan seperti saya ini juga rugi,” jelasnya.

Namun dirinya merasa sangat bersyukur dibandingkan perayaan Iduladha 2022 lalu. Tahun ini penjualannya jauh meningkat. Yang mana dalam satu hari dirinya berjualan, setidaknya terjual lima ekor kambing.

“Alhamdulillah dua hari ini banyak, ada lima kambing terjual setiap harinya. Karena saya juga baru berjualan h-10 biasanya h-15 hari, menunggu harga kambing turun,” jelasnya.

Selanjutnya Hermanto berharap agar penjualannya terus stabil dan kembali pesat seperti tahun-tahun sebelum dilanda PMK. Untuk semua wilayah yang terdampak wabah tersebut, termasuk khususnya Kabupaten Malang.

“Semoga meskipun di wilayah Gondanglegi sepi peminat karena panen tebu merosot, harapan saya semoga langganan dari luar kota bisa tetap masuk. Karena kambing di wilayah Kabupaten Malang dikenal lebih murah dibandingkan di luaran,” tuturnya.

Dirinya membeberkan, dirinya menjual berbagai jenis kambing, mulai dari kambing gibas, etawa, hingga peranakan etawa. Dengan harganya sendiri, Hermanto membandrol harga Rp3-4,5 juta, dilihat dari ukuran dan juga jenis kambingnya.

“Peminat paling besar jenis etawa, harganya beragam mulai dari Rp3,5 juta sampai Rp4,5 juta juga ada. Kalau gibas sekarang sudah jarang peminat apalagi yang dari luar kota,” ujarnya. (wul/ono)

disclaimer

Pos terkait