Tingkatkan SDM masyarakat, kurangi angka pengangguran
Batu, SERU.co.id – Pemerintah Desa Pendem, Kecamatan Junrejo, membuka sekolah kesetaraan kejar paket A, B, dan C untuk meningkatkan pendidikan dan Sumber Daya Manusia (SDM) warga. Program gratis ini bakal diikuti oleh 50 warga yang putus sekolah.
Program ini, ungkap Kepala Desa Pendem Tri Wahyuwono Efendi, untuk meningkatkan SDM warga yang putus sekolah. Untuk biaya gratis sudah dianggarkan melalui APBDes 2020 senilai Rp 20 juta. Anggaran itu untuk menggaji pengajar, kelengkapan ATK untuk murid dan lain-lain. “Menurut saya pembangunan SDM lebih penting, meski pembangunan infrastruktur seperti jalan dan jembatan, juga dibutuhkan oleh masyarakat,” jelas Efendi, di kantornya, Kamis (6/2/2020).
Harapannya, selain memberikan hak pendidikan bagi warga putus sekolah, upaya ini solusi mengurangi angka pengangguran. Pasalnya, dengan ijazah formal, kedepannya murid bisa mencari pekerjaan layak. “Semoga masyarakat nanti bisa merasakan manfaat program kejar paket ini. Makanya, saya harap masyarakat juga antusias demi mendapatkan hak pendidikan yang sama,” ungkapnya, kepada SERU.co.id
Program ini merupakan komitmen desa dalam mensukseskan program Pemkot Batu wajib belajar 12 tahun. Rencananya, Pemdes Pendem menggandeng Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Tunas Harapan yang sudah mendapatkan akreditasi B. “Penjaringan murid nanti melalui data yang disetorkan oleh RT, RW dan kepala dusun (Kasun) setempat. Tahun ini ada kuota 50. Angkatan pertama tahun pendidikan 2018-2019 kami mampu mengentaskan 40 lulusan dari 3 kategori paket. Semoga setiap tahun nanti bisa meningkat,” harapnya.
Di tempat yang sama, Kepala PKBM Tunas Harapan, Sutikno mengaku, jika Pemdes Pendem merupakan promotor awal desa yang memberikan fasilitas pendidikan bagi masyarakatnya. “Sejauh ini baru Desa Pendem yang mengajukan program ini. Saya patut angkat jempol dan salut atas upaya desa membangun SDM masyarakatnya,” puji Sutikno.
Sistemnya, PKBM akan menyiapkan 15 tenaga pendidik dan 4 staf. Peserta mengikuti pembelajaran setiap hari Sabtu, mulai jam 16.00 – 20.30 WIB. Tempatnya, pihak pemdes akan meminjam salah satu SD yang ada. Lalu sistem pembelajaran sama seperti sekolah formal pada umumnya, cuma porsinya berbeda.
“Dalam kejar paket nanti, murid mendapatkan 50 persen belajar mandiri, 30 persen tutorial lewat aplikasi whatsapp dan 20 persen tatap muka. Tahapannya juga sama, ada kelas I, II, dan III. Murid mengikuti ujian lalu mendapatkan ijazah,” papar mantan Kepsek SMP Ahmad Yani ini.
Kurikulum yang diterapkan bagi kelas I setiap kategori paket menggunakan kurikulum 13 (K13), tapi untuk jenjang atasnya kelas II dan III masih memakai kurikulum 2013. Dan rata-rata murid yang sudah tergabung berusia 15 hingga 50 tahun. “Jujur kami lebih mengutamakan usia produktif, yaitu 15 hingga 25 tahun. Karena mereka memiliki masa depan yang masih panjang. Saya juga ingin desa lain yang ada di Batu bisa mengikuti jejak Pemdes Pendem melakukan hal serupa. Pendem sudah menjadi pioner serta berperan aktif di sektor pendidikan,” tutupnya. (rka/rhd)