Curhatan Pengrajin Miniatur Pesawat, Kembali Nol Pasca Pandemi

Pengrajin miniatur pesawat mainan, Imam. (ws7) - Curhatan Pengrajin Miniatur Pesawat, Kembali Nol Pasca Pandemi
Pengrajin miniatur pesawat mainan, Imam. (ws7)

Malang, SERU.co.id – Awal tahun 2023 pasca PPKM berakhir, pulihnya ekonomi tidak serta merta langsung dirasakan masyarakat. Salah satunya dirasakan Imam, penjual miniatur pesawat berbahan kayu randu. Dirinya mengaku, seperti harus mengulang dari nol kembali usahanya, lantaran sebagian besar pelanggannya menghilang.

Saat didatangi di ruang kerjanya yang berada di pinggir jalan raya kawasan Bunut Wetan, Kecamatan Pakis ini. Imam sedang menyelesaikan ukir-ukiran pada kayu randu untuk membuat miniatur pesawat mainan. Ia mengeluhkan, para pelanggan yang rerata dari luar kota tidak lagi pesan.

Bacaan Lainnya

“Sepi mas. Sebelum covid dulu pelanggan saya banyak, mulai dari Kalimantan, Situbondo dan daerah lainnya yang ambil di sini,” seru Imam.

Imam membuat dua jenis mainan anak-anak, yakni miniatur pesawat dan miniatur truk. Harga miniatur pesawat, berkisar Rp5.000 hingga Rp30.000. Sedangkan miniatur truk, dipatok seharga Rp40.000 sampai Rp100.000, tergantung ukurannya.

Bahan kayu randu setengah jadi yang sudah dibentuk. (ws7) - Curhatan Pengrajin Miniatur Pesawat, Kembali Nol Pasca Pandemi
Bahan kayu randu setengah jadi yang sudah dibentuk. (ws7)

Saat ramai pesanan, Imam terima orderan hingga mencapai 50 buah miniatur pesawat per hari. Sesuai kapasitas produksi yang bisa ia kerjakan. Namun kini hampir tidak ada sama sekali.

“Apalagi karakter kayu randu itu, dalam seminggu bisa jamuran saat musim hujan mas,” ucap Imam, sembari menyampaikan alasan saat ini bikin produk setengah jadi yang bisa difinishing ketika ada pesanan.

Hingga saat ini, Imam mengaku belum mendapat sentuhan bantuan dari pemerintah daerah. Sedangkan ia sendiri membutuhkan alat potong kayu dan alat penghalus untuk meningkatkan kapasistas produksinya.

Sebagian produk-produknya dijual di kawasan Car Free Day saat hari Minggu, tidak jauh dari Museum Brawijaya. Saat hari biasa, ada tengkulak yang mengambil produk-produknya di wilayah Malang Raya. (ws7/rhd)


Baca juga:

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *