Malang, SERU.co.id – Fery Andriawan, seorang Aremania asal Desa Kemantren, Kecamatan Gedek, Kabupaten Mojokerto jauh -jauh datang ke Kabupaten Malang dengan anak dan istrinya untuk berziarah di depan pintu gate 13, Stadion Kanjuruhan. Dirinya adalah salah satu penonton yang turut menyaksikan langsung tragedi tersebut meminta kasus ini diusut dengan seadil-adilnya.
Fery mengatakan, kedatangannya kali ini untuk mendoakan para korban kejadian tersebut. Dirinya mengaku baru bisa datang hari ini pasca kerusuhan itu.
“Buat kirim doa aja buat sodara-sodara yang jadi korban,” Seru fery, Senin (10/10/2022) siang.
Kepada SERU.co.id, dirinya mengaku sangat tidak puas dengan penetapan 6 nama tersangka dalam kasus yang menelan nyawa hingga ratusan. Dan ratusan orang luka-luka fisik maupun psikis itu.
“Kalau cuma 6 saya rasa si kurang, kayaknya ya belum puas kalau jujur si belum puas, cuma ya nunggu sampai hasil lebih lanjut aja nanti,” terangnya.
Dirinya mengingat dengan jelas peristiwa saat itu, Fery berharap semua tersangka yang terlibat harus di tangkap dan diadili dengan semestinya.
“Harapannya, pastinya kalau semua tersangka harus ya. Nyawa tidak ada harganya mbak, nyawa dibalas dengan nyawa kan juga gak boleh, pastinya dihukum seadil-adilnya lah, itu saja permintaan saya,” harap pria berusia 23 tahun itu.
Saat kejadian, Fery mengaku tengah berada di gate 7, tepat dibawah papan score. Terpisah dengan rombonganya sebanyak 11 orang yang juga dari Mojokerto, dia sempat berupaya untuk ikut meninggalkan tribun. Namun niatnya diurungkan mengingat situasi yang keos tersebut, takutnya dirinya ikut terluka juga saat berdesak-desakan.
“Alhamdulillah masih bisa berfikir, kalau saya ikut keluar desak-desakan mungkin saya jadi korban. Akhirnya saya memutuskan bertahan di tribun sampai benar-benar sepi,” ucapnya.
Dirinya juga sempat merasakan sesak di dada, kulitnya merasa terbakar, serta perih pada mata karena asap gas air mata yang menyebar. Namun syukurnya dirinya tidak harus mendapat dirawat karena tidak parah.
Empat orang dari rombongannya mengalami kondisi hingga tak sadarkan diri saat peristiwa 1 Oktober itu. Akhirnya rombongan tersebut dapat keluar sekitar pukul 03.00 saat semua mulai kondusif.
Tak dipungkiri, dirinya juga merasa sangat trauma. Apalagi Fery, melihat dengan kedua matanya sendiri kejadian mengerikan itu. Namun trauma yang dialami tersebut tidak sampai mengganggu aktifitasnya sehari-hari.
Diketahui, para peziarah di stadion Kanjuruhan hingga kini tidak pernah surut. Taburan bunga semakin menggunung, bunga ucapan duka menyelimuti patung Tegar Sang Jawara. Dan spanduk, poster serta coretan di dinding untuk usut tuntas semakin memenuhi semua sudut stadion. (ws6/ono)