Cerita Heroik Pesawat N250 Gatot Kaca dan BJ Habibie

Pesawat N250 Gatot Kaca. (ist)

Bandung, SERU.co.id – Pesawat PA01 N250 Gatot Kaca memiliki cerita heroik sebagai pesawat karya putra bangsa Indonesia, BJ Habibie. Pesawat N250 Gatotkaca menjadi saksi perjuangan anak bangsa di dunia kedirgantaraan dan bukti kecintaan BJ Habibie pada Indonesia.

Perjuangan Habibie menciptakan N250 diwarnai air mata, cibiran, cinta hingga kebanggaan masyarakat Indonesia. Habibie rela meninggalkan Jerman yang telah memberinya banyak hal, untuk kembali ke Indonesia dan membuat pesawat terbang demi satu tujuan besar, yaitu menyatukan Indonesia.

“Pesawat N250 merupakan pesawat turboprop yang menggunakan teknologi paling mutakhir pada jamannya,” cerita Manager Komunikasi Perusahaan dan Promosi PTDI, Adi Prastowo.

Pesawat N250 Gatotkaca merupakan hasil dari Grand Strategy tahap 3 oleh mantan presiden Indonesia ketiga, BJ Habibie. Pada tahun 1989, BJ Habibie mengenalkan pesawat ini kepada dunia kali pertama, dalam Paris Airshow, Le Bourget Perancis.

Di tahun 1994, prototipe pesawat N250 terbang hingga keluar hanggar dengan ditarik 50 karyawan Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). N250 melakukan penerbangan pertamanya pada 10 Agustus 1995 yang dihadiri oleh Presiden Soeharto, Ibu Tien Soeharto, Wakil Presiden Try Sutrisno, dan Ibu Tuti. Karena keberhasilan penerbangan pertama inilah, tanggal 10 Agustus ditetapkan menjadi Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas).

N250 Gatot Kaca merupakan primadona IPTN dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya (saat diluncurkan pada tahun 1995). Menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng.

Pesawat ini memiliki teknologi fly by wire system, full glass cockpit with engine instrument and crew alerting system (EICAS), dan engine control with full autorithy digital engine control (FADEC).
Kemudian, ada electrical power system with variable speed constant frequency (VSCF), generator yang biasa dipakai dalam pesawat tempur, yang saat itu baru diterapkan pada B737-500.

Tak lama produksi pesawat dihentikan setelah awal krisis ekonomi 1997, atas kesepakatan pemerintah dengan IMF. Dimana dalam klausul kerja sama Indonesia dengan IMF adalah menghentikan pendanaan proyek pengembangan N250.

Pasca reformasi, rencananya program N-250 akan dibangun kembali oleh B.J. Habibie, setelah mendapatkan persetujuan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan perubahan demokrasi di Indonesia.

Tak sesuai harapan, alih-alih mengurangi biaya produksi dan meningkatkan daya saing harga di pasar internasional, beberapa performanya dikurangi, seperti penurunan kapasitas mesin dan dihilangkannya sistem fly-by-wire, dan lainnya. (hma/rhd)

disclaimer

Pos terkait