Banyuwangi, SERU.co.id – Proses peremajaan jembatan Kereta Api (KA) BH 275 di Dusun Tegalmojo, Desa Gumirih, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, kini memasuki tahap akhir. Jembatan yang menjadi fokus perhatian ini merupakan infrastruktur penting bagi transportasi kereta api di wilayah tersebut.
Pada Jumat, 14 Februari 2025, pemindahan jembatan baja sepanjang 20,5 meter telah rampung dilakukan. Proses ini menandai langkah signifikan dalam upaya memperbarui infrastruktur perkeretaapian di Banyuwangi.
Jembatan baru ini dibangun untuk menggantikan jembatan lama yang sudah berusia 121 tahun. Jembatan lama tersebut dibangun pada tahun 1903 oleh Staatsspoorwegen, sebuah perusahaan kereta api Belanda yang beroperasi di Indonesia pada masa kolonial.
Proyek pembangunan jembatan baru ini dikerjakan oleh Balai Teknik Perkeretaapian (BTP) Kelas I Surabaya. BTP merupakan unit kerja di bawah Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pengembangan Perkeretaapian Jawa Timur, Lurianto Lukito, menyatakan bahwa target penyelesaian proyek ini adalah sebelum masa angkutan Lebaran 2025. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk meningkatkan infrastruktur transportasi.
Lurianto menjelaskan, urgensi peremajaan jembatan ini sangat tinggi. Proyek ini menelan anggaran sebesar 24 miliar rupiah yang bersumber dari Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Anggaran ini digunakan untuk memastikan pembangunan jembatan yang lebih kuat dan aman.
“Kondisi jembatan lama menunjukkan tanda-tanda yang mengkhawatirkan. Tiang pancang jembatan yang berada di bawah telah terkena terjangan banjir saat debit sungai meningkat beberapa tahun lalu. Hal ini menimbulkan risiko yang signifikan terhadap keselamatan perjalanan kereta api,” seru Lurianto, Senin (17/02/2025).
“Jembatan ini juga sudah pernah mengalami penguatan pada tahun 1972,” tambahnya.
Ia menambahkan, sebelum proyek pembangunan dimulai pada Agustus 2024, lokasi tersebut telah ditetapkan sebagai titik rawan.
Lurianto juga menyebutkan, inspeksi yang dilakukan sebelum pelaksanaan proyek menemukan anomali pada pilar jembatan. Anomali ini disebabkan oleh sedimen yang terbawa oleh air sungai, yang dapat mengancam stabilitas jembatan.
Selain itu, kerusakan pada bagian bawah jembatan juga ditemukan selama inspeksi. Kerusakan ini menjadi salah satu alasan mendesak untuk segera melakukan peremajaan jembatan.
“Pada tahun-tahun terakhir, kami telah melakukan pemasangan penyangga temporer sebagai langkah penanganan sementara. Langkah ini diambil untuk menjaga keselamatan perjalanan kereta api di wilayah tersebut,” bebernya.
Kerawanan yang ada pada jembatan lama berimbas pada perjalanan kereta api. Kereta harus mengurangi kecepatan setiap kali memasuki wilayah ini, yang dapat mengganggu jadwal perjalanan.
Saat pergantian itu berlangsung, Lurianto mengatakan bahwa di lokasi dipasang dengan semboyan 2C, yakni kecepatan kereta api maksimal 5km/jam saat melintasi.
“Secara bertahap, kedepan kecepatan kereta yang melintas akan dinaikkan, dari 5km/jam ke 20km/jam, kemudian ke 40km/jam dan kecepatan normal sekitar 70 sampai 80km/jam,” ulasnya.
Dengan selesainya pemindahan jembatan baru, diharapkan perjalanan kereta api dapat kembali normal dan aman. Jembatan baru ini dirancang untuk menahan beban yang lebih berat dan tahan terhadap kondisi cuaca ekstrem.
“Proyek ini juga menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas infrastruktur perkeretaapian di Indonesia. Dengan adanya jembatan baru, diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan mobilitas masyarakat,” paparnya.
Lurianto menekankan pentingnya peremajaan infrastruktur perkeretaapian untuk keselamatan dan kenyamanan pengguna jasa. Proyek ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar.
“Dengan rampungnya pemindahan jembatan, langkah selanjutnya adalah penyelesaian konstruksi dan pengujian jembatan baru. Semua proses ini dilakukan dengan memperhatikan standar keselamatan yang ketat,” pungkasnya. (amb/mzm)