Malang, SERU.co.id – PKK Kelurahan Polowijen dan Perempuan Bersanggul Nusantara (PBN) ikuti workshop hasta karya di Kampung Budaya Polowijen, Sabtu (10/2/2024). Workshop tersebut mengupas tradisi pembungkus makanan dari daun pisang. Gagasan tersebut bermula dari keresahan wali murid tari yang hanya menunggu setelah mengantar anaknya latihan tari.
Penggagas Kampung Budaya Polowijen, Ki Demang mengatakan, Jawa sangat kaya dengan tradisi, salah satunya tradisi alas makanan menggunakan daun pisang. Selain alami, bahannya juga mudah didapatkan di sekitar kita.
“Ternyata ada sembilan jenis pembungkus atau alas makan ala tradisi masyarakat Jawa yang bentuknya unik dan antik. Ibu-ibu ini ternyata sangat suka membuat kerajinan dan tertantang membuatnya dari bahan alam sekaligus melestarikan tradisi. Tentunya kegiatan ini sangat bagus, selain ramah lingkungan juga penting untuk mengedukasi generasi penerus,” seru pria bernama asli Isa Wahyudi tersebut.
Sementara itu, narasumber workshop sekaligus Pengurus PBN, Oemi Solekan menegaskan, pentingnya mengenal ragam pembungkus makanan dari daun pisang. Pembungkus dari daun pisang dipilih karena mudah dibentuk dan tampilannya cantik.

“Selain untuk pembungkus sajian makanan, daun pisang juga terkadang digunakan untuk pembungkus sajen dalam acara ritual tradisi,” terang tokoh pelestari budaya Kota Batu tersebut.
Workshop Hasta Karya berlangsung sangat meriah dan dihadiri 20 mahasiswa calon frater dan calon pastor dari Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang. Para ibu dan mahasiswa praktik membuat wadah makanan satu persatu. Mahasiswa yang rerata berasal dari NTT tersebut mulai mengenal tradisi dan budaya Jawa.
Baca juga: Ayam Bakar Baron’s, Rasanya Mantap, Ramah di Kantong
Dalam workshop tersebut, Oemi menjelaskan sembilan macam pembungkus makanan ala masyarakat Jawa. Di antaranya:
1. Pincuk
Jenis pembungkus pincuk sudah umum dan cukup familiar di kalangan masyarakat Jawa. Pincuk sering digunakan sebagai pembungkus makanan pecel atau nasi gudangan. Pincuk sendiri merupakan wadah dari daun pisang yang dilipat menjadi segitiga, seperti kerucut dengan sematan lidi di bagian ujungnya.
2. Tempelang
Jenis membungkus dengan cara ini cukup mudah dibuat, hanya dengan melipat dan menyelipkan daun saja, makanan dapat tertahan dengan baik. Tempelang biasanya digunakan untuk membungkus aneka nasi atau ketan, bakmi dan urap.
3. Takir
Takir biasa digunakan untuk wadah jajan pasar, makanan basah atau berkuah seperti bubur, jenang sumsum dan kolak pisang. Takir dilipat hingga menyerupai mangkok kotak. Di kedua ujung lipatan diberi sematan lidi, agar lebih kuat untuk menampung makanan di dalamnya.
4. Sudi
Sudi berbentuk lingkaran dengan ujung segitiga lancip di bagian tengahnya. Sudi digunakan untuk wadah lauk kering pada sajian selamatan, kue dan jajan pasar.
5. Samir
Samir berbentuk bundar, biasanya diletakkan di atas piring atau besek makanan. Di pasar, tempat para penjual menjajakan pecel atau jajan pasar, biasanya dagangan diberi alas jenis samir.
6. Pinjung
Pinjung merupakan bungkus daun berbentuk segitu agak kekubusan. Fungsinya untuk membuat jajanan tradisional seperti kue bugis, mendut atau nagasari.
7. Sumpil
Sumpil merupakan bungkus daun berbentuk segitiga gepeng, umumnya dibuat untuk bungkus jajanan seperti nogosari atau lupis.
8. Tum
Tum merupakan bungkusan yang paling sering digunakan untuk pepes, botok, hingga garang asem.
9. Pasung
Lipatan pinjung menghadap bawah dan tertutup, maka lipatan pasung justru sebaliknya. Lipatan pasung mirip dengan cone ice cream. Cara membuatnya sangat mudah, pertama daun pisang berbentuk bulat, kemudian digulung menjadi bentuk kerucut dan terakhir masukkan isinya. (ws10/rhd)